Text
Hubungan antara perancangan komponen kulit bangunan dengan kenyamanan termal di rumah susun Kebon Kacang dan Tanah Abang Jakarta
Perumahan merupakan tempat hidup sehari-hari yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Jawa dan pribadi seseorang I kesehatan dan prestasi
kerjanya serta kesejahteraan seluruh keluarga. Pembangunan
perumahan sederhana hanya menitik beratkan pada luas lantai
yang memadai dan konstruksi bangunan yang memenuhi
persyaratan. Rumah yang baik akan membantu penghuninya
merasa segar kembali setelah bekerja seharian. Iklim di
Jakarta tidak terlalu mendukung kenyamanan termal di dalam
rumah. Tetapi jika pembangunan perumahan direncanakan
dengan baik, kondisi rumah yang baik masih bisa dicapai.
Dengan dukungan iklim lingkungan yang baik tugas rumah
sebagai pengendali kenyamanan termal menjadi lebih ringan.
Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Rumah susun dibangun untuk rnengatasi masalah kekurangan ruang di kota, dengan tak melupakan bahwa pembangunan perumahan harus memenuhi
persyaratan sebagai rumah yang layak, termasuk dalam hal kenyamanan termal di dalam rumah. Penelitian terhadap 75 responden di perumahan susun Kebon Kacang dan Tanah Abang mengungkapkan bahwa sebagian besar responden (69) mengatakan merasa betah tinggal di lokasi tersebut karena dekat dengan tempat pekerjaan dan fasilitas kota, bukan karena kondisi rumah yang baik. Kondisi temperatur , baik
temperatur udara kering I temperatur udara basah dan temperatur efektif di lingkungan perumahan yang di teliti sudah lebih baik dari pada kondisi di luar daerah penelitian. Penelitian ini dibuktikan dengan uji chi-square bahwa perbedaan arah lubang jendela membawa perbedaan temperatur di dalarn rumah, pada siang hari dan sore hari saat cahaya matahari sudah banyak membawa panas kedalam rumah. Pengujian dengan cara yang sama bahwa perbedaan
bahan dinding akan membawa perbedaan kenyamanan termal, pada pagi dan siang hari tidak terbukti. Barulah pada sore hari ada perbedaan kenyamanan termal antara rumah-rumah yang berbeda bahan dindingnya.
Uji aliran udara dalam wind tunnel menunjukkan bahwa desain rumah susun kebon Kacang dan Tanah Abang tidak memungkinkan aliran udara masuk ke dalam rumah. Padahal aliran udara dapat mengurangi panas di dalam rumah, berarti mengurangi ketidaknyamanan. Dengan Heliodon dibuktikan bahwa sirip penangkal sinar matahari yang tepat dibutuhkan untuk menghalangi masuknya berkas cahaya matahari masuk kedalam rumah melalui jendela kaca. Dari uji stratifikasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada pagi hari aklimatisasi masih mempengaruhi hubungan
antara arah lubang jendela dan kenyamanan termal. Sedang
siang dan sore hari saat temperatur di dalam ruangan sudah
lebih panas, aklimatisasi tidak lagi mempengaruhi. Terhadap hubungan antara bahan dinding dengan kenyamanan termal, aklimatisasi tidak berpengaruh baik pagi, siang maupun sore hari. Orang-orang yang lama tinggalnya kurang dari satu tahun atau lebih mempunyai respon yang sama terhadap ketidaknyamanan di dalam ruangan yang diakibatkan oleh perbedaan bahan dinding.
Pada sore hari aklimatisasi mempunyai pengaruh terhadap
hubungan antara sirip penangkal sinar matahari dengan kenyamanan termal. Sedang pagi dan siang hari aklimatisasi tidak mempunyai pwngaruh apa-apa. Masih dengan uji stratifikasi dibuktikan bahwa iklim lingkungan mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara
arah lubang jendela dengan kenyamanan termal, pada siang
dan sore hari. Pada pagi hari temperatur ruang belum
terlalu panas sehingga pengaruh iklim lingkungan belum
terasa. Terhadap hubungan antara bahan dinding dan kenyamanan termal, iklim lingkungan tidak berpengaruh, baik pagi, siang maupun sore. Hal yang sama juga terjadi terhadap hubungan antara sirip-sirip penangkal sinar matahari dengan kenyamanan termal. Hal ini terjadi karena di dalam lokasi penelitian sangat kurang sekali unsur-unsur pembentuk iklim lingkungan. Dengan menggunakan analisis frekuensi dapat dilihat bahwa Indeks kenyamanan termal untuk daerah penelitian bergeser dari indeks kenyamanan termal yang di tentukan oleh Koenigsberger untuk daerah iklim tropis. indeks kenyamanan
termal didaerah penelitian 24°c - 28,2°C, sedang menurut
Koenigsberger 22°C - 27°C. Tetapi hal ini tidak dapat dianggap sebagai kenyamanan Termal untuk kota Jakarta sebab penelitian hanya di sebagian kecil kota Jakarta sampel hanya 75 responden indeks lokasi dengan. Daerah penelitian ini masih mempunyai banyak kekurangan dalam hal perencanaan kenyamanan termal. Dengan melakukan studi awal lebih rinci di lokasi tentang keadaan iklim, diharapkan perumahan yang dihasilkan menjadi tempat hidup yang menyenangkan dan membuat penghuninya menjadi lebih produktif.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes73 | T/DIG - FTA | Tesis | 697.909 598 KRI h | Gdg9-Lt3 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain