Computer File
Penggunaan pareto diagram dan fishbone diagram untuk mengurangi kecacatan produk di PT. X
Banyaknya perusahaan yang berjalan dalam bidang yang sama yaitu tekstil, suatu perusahaan harus mempunyai keunggulan dari perusahaan lain. Dalam hal ini PT. X berusaha memiliki pangsa pasar yang tinggi dengan menghasilkan produk yang berkualitas. PT. X menetapkan batas toleransi kecacatan yang terjadi yaitu 2% dari setiap hasil produksi. Tetapi pada kenyataannya kecacatan produk yang terjadi melebihi batas yang telah ditentukan. Dengan produk cacat yang melebihi standar yang telah ditetapkan, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan dari barang yang cacat dan tidak dapat memaksimalkan profit karena barang cacat tersebut tidak dapat dijual.
Untuk dapat memberikan usulan tindakan perbaikan yang berhubungan dengan QC, perlu diketahui teori-teori yang berhubungan dengan kualitas. Diawali dari pengertian kualitas yang dapat menjadi dasar teori agar lebih mudah mengerti tentang QC, dimensi-dimensi kualitas, faktor yang memengaruhi kualitas, cost of qualily yang berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk peningkatan kualitas, tools of TQM yang dapat membantu dalam pengidentifikasian kecacatan, dan pembahasan efisiensi yang menjadi tujuan penerapan QC di PT. X.
PT. X berdiri pada tahun 1966 yang berlokasi di Jalan Raya Padalarang, Bandung, Jawa Barat. PT. X mempunyai luas lahan 1500 m2. Untuk mengetahui kondisi perusahaan dan perolehan data-data perusahaan, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Perolehan data diperoleh melalui wawancara dengan pemilik perusahaan dan kepala bagian produksi, melakukan observasi, dan data tertulis.
PT. X adalah perusahaan tekstil yang kegiatan utamanya adalah menghasilkan kain dengan jenis kain grey untuk karpet, ampelas, dan seprei. Tetapi PT. X lebih berfokus pada kain grey karpet. Dalam proses produksi PT. X belum dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar kecacatan yang telah ditetapkan yaitu 2.7%. Persentase tersebut melebihi batas yang telah ditetapkan yaitu 2%. Jenis kecacatan yang terjadi adalah kain tidak rata, kain berlubang, dan kain kotor oli. Tiga jenis kecacatan dominan yang terjadi di perusahaan adalah tipe kecacatan kain tidak rata yang menghasilkan kecacatan sebesar 1.904 meter kain atau 64,69% dari jumlah kecacatan pada tahun 2011, kain berlubang yang menghasilkan kecacatan sebesar 910 meter kain atau 32,23% dari jumlah kecacatan pada tahun 2011, dan kain kotor oli yang menghasilkan kecacatan sebesar 89 meter kain atau 3,08% dari jumlah kecacatan yang terjadi pada tahun 2011. Faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan produk yaitu faktor bahan baku (Materials), operator (Men), mesin (Machines), metode atau cara yang digunakan (Method), dan perlengkapan (Equipment). Dengan diketahuinya faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kecacatan produk, maka dapat disusun usulan tindakan perbaikan dan pencegahan yang berguna untuk memperbaiki faktor-faktor tersebut.
Setelah diketahui jenis kecacatan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan tersebut, untuk dapat mengurangi kecacatan yang terjadi sehingga dapat memenuhi standar kualitas dan memperoleh profit yang maksimal, perusahaan disarankan menggunakan usulan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahannya yang diberikan. Perusahaan disarankan melakukan pengelompokan bahan baku benang sesuai nomor benang dan jenis benang yang sama, melakukan pemeriksaan benang sebelum proses produksi berlangsung, memberikan pengarahan kepada operator dan mekanik mesin agar bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku, mempersiapkan spare part mesin yang cepat rusak, memeriksa keadaan seluruh komponen mesin sebelum proses produksi berjalan, memastikan proses penggulungan benang menggunakan cara yang benar dan tidak ada benang yang bersilangan, menjaga kebersihan peralatan yang digunakan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp26694 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ MAR p/12 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain