Computer File
Studi pencabangan rantai asam lemak untuk sintesa biodiesel bertitik kabut rendah
Hampir seluruh kebutuhan energi di dunia diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbarukan, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas bumi yang penggunaannya dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan pemanasan global. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pencarian bahan bakar alternatif, salah satunya adalah biodiesel yang dapat disintesa dari bahan baku stearin sawit yang merupakan hasil samping pabrik minyak goreng berbahan baku CPO (Crude Palm Oil). Selain memiliki harga yang relatif murah, bahan baku ini juga berlimpah karena produksi minyak mentah di Indonesia mencapai 26 juta ton pada tahun 2011. Namun penggunaan stearin sawit sebagai bahan baku biodiesel memiliki kendala titik kabut yang terlalu tinggi yaitu sekitar 18,7°C, dengan demikian akan menyumbat saringan bahan bakar sehingga mesin kendaraan tidak dapat dinyalakan.
Penurunan titik kabut tersebut dapat dilakukan dengan reaksi pencabangan atau isomerisasi kerangka Friedel Craft dengan bantuan cairan ionik. Melalui pencabangan, asam lemak lurus dikonversi menjadi asam lemak bercabang yang memiliki titik kabut lebih rendah. Dalam reaksi pencabangan, digunakan katalis AlCl3 yang merupakan asam Lewis dalam cairan ionik biner seperti trimetilamin hidroklorida. Untuk meminimalkan reaksi samping (cracking) juga perlu ditambahkan cracking supressor seperti metilsikloheksana. Selain itu, untuk meningkatkan keaktifan katalis, dapat ditambahkan zat-zat aditif seperti garam-garam Cu. Pada penelitian ini dilakukan penentuan kombinasi campuran katalis yang paling optimum dalam menurunkan titik kabut biodiesel stearin sawit. Dengan diketahuinya kombinasi katalis yang paling optimum diharapkan dapat membuka wawasan mengenai penggunaan stearin sawit sebagai bahan baku biodiesel sehingga memberikan alternatif bahan bakar yang dapat digunakan terutama pada daerah pegunungan dan negara empat musim serta memberikan alternatif bagi pemanfaatan stearin sawit.
Penelitian dilakukan terlebih dahulu dengan pembuatan biodiesel dari stearin sawit, dilanjutkan dengan pencabangan Friedel Craft pada temperatur 50oC dan 110oC. Selanjutnya, akan dipelajari pengaruh dari beberapa faktor dalam reaksi pencabangan terhadap besar penurunan titik kabut biodiesel yang didapatkan. Faktor-faktor yang akan dikaji antara lain adalah pengaruh rasio antara cairan ionik terhadap biodiesel stearin sawit, pengaruh jenis zat aditif (CuCl2, CuSO4, serta kompleks Cu(AlCl4)2) terhadap pencabangan, serta pengaruh rasio antara cracking suppressor terhadap biodiesel stearin sawit. Analisis hasil percobaan dilakukan dengan membandingkan titik kabut biodiesel stearin sawit sebelum dan sesudah reaksi pencabangan. Penentuan titik kabut pada sampel biodiesel stearin sawit dilakukan secara sederhana dengan mendinginkan sampel didalam wadah berisi es batu.
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa biodiesel stearin sawit bertitik kabut sesuai standar SNI telah dapat disintesa melalui reaksi pencabangan Friedel Craft. Dalam reaksi pencabangan tersebut semakin banyak cairan ionik C3H9N.HCl-AlCl3, akan menghasilkan titik kabut yang semakin rendah. Zat aditif dalam cairan ionik yang paling baik untuk reaksi pencabangan tersebut adalah Cu(AlCl4)2, CuSO4, kemudian CuCl2. Selain itu, cracking suppressor membuat penurunan titik kabut semakin besar. Kombinasi yang paling optimum yang dicapai oleh penelitian adalah dengan rasio volume cairan ionik-biodiesel 1:2; rasio volume metil sikloheksana-biodiesel 1:1; jenis zat aditif CuSO4 pada 110°C dan waktu reaksi 30 menit, dimana dicapai titik kabut sebesar 5,3°C.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp28122 | DIG - FTI | Skripsi | TK KON s/14 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain