Computer File
Analisis hubungan antara luas penguasaan lahan terhadap perbedaan tingkat usaha tani (komersialisasi) di Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang
Lahan merupakan modal terpenting bagi seorang
petani. Karena jumlah lahan terbatas dan tidak dapat
diproduksi lagi. Bahkan luas lahan untuk pertanian
jumlahnya semakin kecil, akibat adanya pembangunan yang
membutuhkan lahan. Oleh karena itu, jumlah lahan yang ada
harus dipergunakan seoptimal mungkin, yaitu dengan
intensifikasi, menggunakan input modern.
Petani menurut Boeke, dibagi menjadi 3 kategori
menurut tingkat usaha taninya (komersialisasi). Yaitu;
petani subsisten, tahap komersialisasi awal dan tahap
komersialisasi akhir. Melalui intensifikasi menggunakan
input modern, tingkat hidup seorang petani diharapkan
dapat berkembang menjadi lebih baik yang pada akhirnya
tergolong pada tahap komersialisasi akhir.
Salah satu kelemahan dari pertanian di negara
berkembang, yaitu kurangnya modal dan petani sulit
menerima input modern. Yang dapat mempengaruhi keputusan
seorang petani dalam menggunakan input modern, misalnya
tingkat hidup petani, pendidikan, jumlah keluarga petani
dan lain sebagainya. Sedangkan prosedur yang sulit untuk
mendapatkan kredit, juga menjadi kendala bagi petani
untuk mendapatkan modal.
Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ujungjaya
Kabupaten Sumedang adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara perbedaan kepemilikan luas lahan dan
tingkat usaha taninya (komersialisasi). Kemudian,
bagaimana mengembangkan tingkat hidup petani menjadi
lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan test
Chi-Kwadrat, ternyata antara kepemilikan luas lahan
dan tingkat usaha tani (komersialisasi) terdapat
hubungan. Untuk melihat besarnya hubungan tersebut,
digunakan Jaspen's M. Besarnya hubungan tersebut sebesar
0,5134, tergolong dalam hubungan yang cukup kuat.
Sedangkan besarnya pengaruh hubungan tersebut sebesar
26,36%.
Disamping perbedaan luas lahan, terdapat beberapa
faktor lainnya yang mempengaruhi perbedaan tingkat usaha
tani (komersialisasi), yaitu modal dan motivasi. Modal
yang terpenting untuk petani di Kecamatan Ujungjaya
adalah jenis lahan yang dimiliki oleh petani. Sawah 1/2
teknis lebih produktif daripada sawah tadah hujan. Sawah
1/2 teknis dapat 2x panen dan diselingi dengan lx panen
kacang atau ebis dalam setahun. Sedangkan sawah tadah
hujan hanya mampu lx panen dalam setahun. Jadi seorang
petani berlahan sempit (< 0,5 ha) dapat tergolong menjadi
petani pada tahap komersialisasi awal karena memiliki
jenis lahan 1/2 teknis. Sedangkan seorang petani berlahan
luas (> 2 ha) dapat pula menjadi petani subsisten
karena memiliki jenis sawah tadah hujan.
Kemudian modal uang dan tenaga kerja, disamping
fisik si petani juga jiwa wiraswasta yang ada pada petani
itu sendiri. Motivasi terpenting berasal dari diri
petani. Walaupun modal tersedia, tanpa motivasi internal,
hasil produksi pertanian tidak akan menggembirakan.
Tetapi motivasi eksternal juga turut menunjang kelancaran
usaha tani. Faktor-faktor sosial dan ekonomi juga
menunjang berkembangnya seorang petani dalam mempengaruhi
keputusannya untuk menggunakan input modern.
Untuk itu dapat disimpulkan, bahwa penggunaan input
modern sangat penting, karena masalah keterbatasan lahan.
Disamping itu motivasi sangat penting untuk menjadi
pendorong bagi seorang petani, terutama motivasi
internal, disamping motivasi eksternal.
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Ujungjaya,
penulis mengemukakan bahwa untuk meningkatkan tingkat
hidup petani, diperlukan penyuluhan dan kemudahan kredit
bagi petani. Peran dan fungsi koperasi yang sudah ada,
harus ditingkatkan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skpsc46 | DIG - FE | Skripsi | ESP NUR s/94 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain