Computer File
Hubungan AS-US era awal perang dingin dalam penyelesaian konflik Indonesia - Belanda 1945-1950
Dengan adanya perubahan konstalasi politik internasional, terjadi pula pergeseran
isu-isu politik internasional. Selanjutnya dari perubahan tersebut muncul pula aktor-aktor
yang menentukan.
Berakhirnya kekerasan perang dunia kedua dalam waktu yang bersamaan telah
menggeser konflik internasional dari konflik kekuatan demokrasi melawan kekuatan
fasisme menuju pada konflik demokrasi (kapitalis) melawan komunisme, yang dikenal
dengan era Perang Dingin. Amerika Serikat dan Uni Soviet bercerai sebagai sekutu dalam
perjuangan bersama melawan facisme dan mulai terlibat dalam kompetisi yang
berkepanjangan memperebutkan pengaruh politik atas Eropa, Asia dan dunia. Konstalasi
dunia pada masa itu telah membuat negara-negara didunia cenderung harus memilih
diantara dua kekuatan tersebut. Berakhirnya Perang Dunia II itu sendiri melahirkan
gerakan nasionalisme di seluruh dunia.
Posisi strategis Indonesia telah membuat Indonesia menjadi ajang perebutan
pengaruh yang berkolerasi dengan kebijakan penyebaran komunis Uni Soviet dan
pembendungan komunis Amerika Serikat yang tercantum dalam Doktrin Zhadanov dan
Doktrin Truman, dimana masing-masing berkeinginan menancapkan pengaruh dominannya
di wilayah Indonesia. Sebaliknya Indonesia dan Belanda sangat sadar bahwa kedua negara
adidaya ini mempunyai pengaruh dominan terutama dalam dukungan diplomatik dan
"militer" dalam pencapaian pengakuan de jure kemerdekaan atau pertahanan status quo
kolonialismenya. Oleh karena itu konflik Indonesia - Belanda dalam perspektif
internasional sering disebut sebagai konflik nasionalisme - kolonialisme.
Dalam konflik nasionalisme - kolonialisme ini, memperlihatkan adanya dua pola,
pertama lebih pada persoalan bagaimana pergeseran politik luar negeri Amerika Serikat
dari pengakuan secara bertahap kemerdekaan Indonesia. Peristiwa agresi militer Belanda I
dan II serta adanya usaha kudeta terhadap pemerintahan nasional oleh PKI Muso telah
memperkuat posisi diplomatik Indonesia dan akhirnya memaksa Amerika Serikat untuk
mencitrakan diri secara lebih tegas sebagai kekuatan demokrasi yang mendukung
perjuangan penentuan nasib sendiri setiap bangsa. Melalui Konferensi Meja Bundar
akhirnya secara hukum internasional Indonesia diakui secara sah sebagai negara yang
berdaulat. Kedua, Uni Soviet memperlihatkan daya pengaruhnya selain upaya dukungan
diplomatik juga dapat menggerakkan kalangan komunis Indonesia untuk berperan sebagai
kekuatan politik yang dapat menentukan nasib Indonesia dalam konflik itu. Hal ini ditandai
dengan peristiwa Madiun sebagai kudeta terhadap pemerintahan di Republik Indonesia
Menurut pola yang ada, dalam hal ini posisi AS lebih menentukan penyelesaian
konflik Indonesia - Belanda. Posisi ini didasari oleh AS yang lebih mempunyai pengaruh
terhadap Belanda dan kondisi ini juga dimanfaatkan oleh pihak Indonesia untuk
menyelesaikan kolonisasi Belanda. Dalam pada itu US hanya dapat terlibat sejauh alas
peran agen-agen komintem melalui penempatan sebagai penetrasi komunisme dengan
cara masuk kedalam kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh dan agen-agen
komintem ini menduduki jabatan yang strategis terutama dalam departemen pertahanan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skpsc285 | DIG - FISIP | Skripsi | HI WUL h/95 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain