Text
Menegaskan nilai etika kristiani atas relasi seksual : menerobos paradigma penghayatan nilai demi berpastoral dalam bidang seksualitas dan hidup berkeluarga
Relasi seksual merupakan salah satu tindakan yang menjadi bagian dari kompleksitas hidup
manusia, sebagai pribadi, pun sebagai komunitas. Ada pelbagai kepentingan dan motif
menggerakkan manusia untuk berelasi secara seksual, kecuali untuk bertahan hidup, juga untuk
mengaktualkan potensi-potensi diri. Dalam proses ini terjadi banyak diskrepansi antara tindakan
dan ideal hidup. Daya seksual sebagai kapasitas manusia yang dianugerahkan oleh Allah untuk
maksud luhur, tetap rentan pada penyalahgunaan, karena orang mudah jatuh pada pilihan-pilihan
palsu. Kita adalah Gereja. Kita dipanggil dan diutus untuk memberikan kontribusi positif bagi
kebaikan-kebaikan bersama dalam hidup setiap hari. Pelbagai pengalaman terkait relasi seksual
dan hidup berkeluarga di Kota Sorong dengan segala kompleksitanya menjadi medan perutusan
Gereja untuk menjadi garam dan terang dunia. Dalam tulisan ini penulis menunjukkan
pengalaman-pengalaman kongkrit seputar relasi seksual dalam konteks Kota Sorong di Papua,
kemudian menggali dan merekonstruksi paham-paham yang lebih mendasar di balik relasi-relasi
seksual itu. Dari situ kami hendak meneropongnya dari perspektif ajaran moral Gereja tentang
seksualitas dan hidup berkeluarga. Inilah pijakan baru untuk memaknai hidup secara baru di
tengah realitas zaman ini. Inilah peluang-peluang transformatif baik bagi masyarakat, bila mau
meningkatkan peradabannya ke tingkatan yang lebih benar dan sejati; maupun bagi Gereja, bila
mau setia pada perutusannya. Apa yang hakiki dan ditetapkan sejak awal mula oleh Pencipta,
perlu ditegaskan dalam hidup harian. Hal baru yang hendak diangkat di sini adalah bagaimana
memahami dan memaknai nilai-nilai yang abadi dari perspektif manusiawi dan dari akar-akar
manusiawi. Berinspirasi dari kompleksitas relasi seksual, keluarga-keluarga perlu bertransformasi
diri dan mentransformasi hidup menuju tingkat peradaban yang lebih tinggi sebagai manusia dan
sebagai putra-putri Allah. Salah satu akar paling dominan yang mempengaruhi perilaku seksual
generasi masa kini adalah proses pembentukan kepribadian dalam keluarga. Transformasi hidup
berawal dari penyesuaian hidup dengan nilai-nilai manusiawi dan ilahi sejak jenjang-jenjang
awal kehidupan, yaitu di dalam keluarga. Pelbagai rekomendasi, meskipun akan menunjuk pada
banyak pihak terkait, namun semua berfokus dan bermuara kepada kehidupan keluarga. Keluarga
merupakan tempat persemaian awal generasi-generasi baru dalam Gereja dan masyarakat.
Transformasi harus dimulai dari dalam, dari awal, dari sumber-asalinya, dari akar-akarnya.
Tulisan ini berawal dan berlatar-belakang pada konteks Kota Sorong di Tanah Papua, namun
tetap terarah pada transformasi hidup sebagai pribadi maupun sebagai komunitas keluarga. Ini
diperuntukkan bagi siapa saja yang mau memilih hidup benar dan kudus, sekarang dan di sini.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1473 | T/DIG - PMIT | Tesis | 176 POL m | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain