Text
Menjaga kesetiaan terhadap komitmen imamat : bercermin dari pengalaman eks-imam
Hakikat Imamat diterima sekali seumur hidup dan bersifat kekal. Seorang Pria Katolik yang telah
menerima Tahbisan Suci dalam Gereja Katolik Roma, maka dirinya menyerupai Kristus (In-Persona
Christi). Tahbisan suci adalah rahmat istimewa yang tidak semua orang bisa menerima karunia itu.
Imam menghayati panggilan hidup khusus dengan cara hidup selibat (wadat) seumur hidupnya. Hidup
selibat demi Kerajaan Sorga (bdk. Mat 19: 12) diaktualisasikan dan diintegrasikan melalui cara hidup
sebagai pelayan yang melayani dan bukan dilayani (bdk. Mrk 10: 43-45). Setiap Imam, wajib setia atas
komitmen hidup sebagai orang yang dipanggil dan dipilih oleh Allah. Salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh Gereja adalah banyak imam keluar dari jabatan imamat. Kesetiaan dan komitmen perlu
dihayati dan diperjuangkan seumur hidup oleh setiap imam. Penulis melakukan penelitian kepada para
eks-imam. Penelitian terhadap para eks-imam bertujuan untuk mencari informasi penyebab keluarnya
para imam. Berdasarkan informasi dari para eks-imam, penulis menyusun rekomendasi bagi
pendidikan para calon imam di Seminari Tinggi. Penulis juga membuat rekomendasi bagi para imam
sebagai langkah antisipasi dan upaya untuk menjaga kesetiaan komitmen imamat sampai mati. Selama
masa formasi, para formandi harus dibantu untuk menginternalisasi nilai kesetiaan. Kunci sukses
dalam panggilan hidup sebagai calon imam dan nantinya sebagai imam adalah kedewasaan pikiran,
perkataan, dan perbuatan yang sejalan dalam kematangan segala unsur keutamaan akan komitmen
kesetiaan atas janji imamat suci sampai mati.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1658 | T/DIG - PMIT | Tesis | TES-PMIT HAR m/15 | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain