Computer File
Dampak crowdsourcing dari data WikiLeaks terhadap interaksi diplomatik Indonesia dan Australia
Globalisasi membawa dunia internasional pada kemajuan teknologi dan informasi, salah satunya adalah crowdsourcing. Crowdsourcing yang awalnya hanya digunakan dalam bidang ekonomi, mulai memasuki sektor politik dan memicu kemunculan situs WikiLeaks sebagai media massa baru. Informasi WikiLeaks mengenai penyadapan Australia terhadap Indonesia merupakan bentuk crowdsourcing WikiLeaks yang berimplikasi pada interaksi diplomatik Indonesia dan Australia. Dilatarbelakangi dengan fenomena tersebut maka, tujuan dari penelitian ini akan menggambarkan mengenai dampak crowdsourcing dari data WikiLeaks terhadap interaksi diplomatik antara Indonesia dan Australia dalam kasus penyadapan tahun 2013 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan “Bagaimana dampak crowdsourcing dari data WikiLeaks terhadap interaksi diplomatik antara Indonesia dan Australia dalam kasus penyadapan tahun 2013?”
Teori Neorealisme Defensif dari Kenneth Waltz digunakan sebagai teori payung untuk menganalisis crowdsourcing dan WikiLeaks dalam kaitannya dengan interaksi diplomatik Indonesia dan Australia. Teori Neorealisme Defensif ini mempercayai bahwa sistem lah yang merusak manusia dan membuat manusia menjadi jahat. Konsep globalisasi media baru dan konsep penyelesaian konflik secara damai dari Neoliberalisme dan Subversif Realis juga akan dilibatkan dalam penelitian sebagai konsep-konsep pendukung. Dampak dari globalisasi membuat banyak munculnya teknologi baru, antara lain internet. Adanya internet, mengakibatkan munculnya crowdsourcing. Crowdsourcing pada awalnya berkembang dalam bidang ekonomi, lalu meluas ke bidang politik. Crowdsouring serta internet mengakibatkan media baru banyak bermunculan. Crowdsourcing dalam WikiLeaks yang memengaruhi interaksi diplomatik antara Indonesia dan Australia. Penyelesaian kasus penyadapan ini didukung dengan teori Neoliberalisme yang mempercayai adanya kerja sama antar negara dan aktor lainnya dalam sistem internasional. Subversif Realis akan digunakan untuk menilai reaksi Indonesia terhadap kasus penyadapan ini.
Penelitian ini menemukan crowdsourcing merupakan salah satu perwujudan keberadaan suatu sistem yang merusak tatanan internasional. Sistem internasional yang anarki itu juga merusak sistem negara yang ada. Akan tetapi, seperti yang dikatakan oleh Robert Keohane dalam Neoliberalisme, adanya itikad baik untuk menjaga hubungan bilateral dengan Indonesia membuat Australia berkomitmen untuk tidak mengganggu Indonesia sebagai negara berdaulat.
Kata kunci: crowdsourcing, diplomasi, Indonesia, Australia, media massa, globalisasi
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp32171 | DIG - FISIP | Skripsi | HI VAL d/16 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain