Computer File
Penggunaan job order costing dengan activity-based costing untuk menghitung biaya project : studi kasus pada PT DKSA
Seiring dengan adanya perdagangan bebas, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Salah satu cara agar produk yang perusahaan hasilkan dikenal oleh masyarakat adalah dengan adanya pengadaan event seperti product launching. Oleh sebab itu, mulailah bermunculan sektor industri jasa event management yang membantu perusahaan dalam pengadaan event. Namun kondisi ini menyebabkan adanya persaingan antar perusahaan sejenis. Agar perusahaan dapat bersaing, perusahaan harus dapat menentukan harga jual yang tepat, oleh sebab itu perusahaan harus memiliki sistem perhitungan biaya yang akurat. Sistem perhitungan biaya yang tepat akan membantu pihak manajemen untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan suatu project. Selama ini, PT DKSA belum menghitung biaya atas pengerjaan suatu project dengan tepat sehingga informasi biaya yang dihasilkan masih kurang tepat. PT DKSA berpotensi besar untuk mengembangkan usahanya karena itulah penulis melakukan penelitian di PT DKSA dan diharapkan penelitian ini dapat membantu PT DKSA dalam menghitung biaya project dengan lebih tepat.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengakumulasikan biaya yaitu dengan process costing atau job order costing. PT DKSA menggunakan job order costing dalam mengakumulasikan biaya, hal tersebut sangat sesuai karena PT DKSA memiliki karakteristik pesanan yang berbeda yang didasari oleh permintaan khusus dari konsumen. Namun, perhitungan biaya project yang dilakukan oleh PT DKSA masih kurang tepat karena hanya menghitung biaya–biaya langsungnya saja, padahal dalam pembuatan suatu project terdapat biaya tidak langsung yang mendukung.
Penelitian di PT DKSA dilakukan menggunakan metode deskriptif analitis yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan fakta dengan cara mengumpulkan data berupa informasi yang terkait biaya dari setiap project, aktivitas yang terjadi di PT DKSA, dan cara yang digunakan oleh PT DKSA dalam membebankan biaya tidak langsung. Data biaya tersebut kemudian diolah dengan cara diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung, dan kemudian dicari aktivitas yang mendukung terjadinya suatu project. Kemudian dicari pemacu biaya untuk setiap aktivitasnya berdasarkan teori yang sudah ada terkait dengan Activity-Based Costing System.
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa dari ketiga project yang dijadikan objek penelitian, ketiganya mengalami undercosted, yaitu kondisi di mana perusahaan menghitung biaya yang terlalu rendah. Project JN 042 undercosted sebesar Rp4.908.225, JN 104 underscosted sebesar Rp9.156.966, dan JN 196 undercosted sebesar Rp6.256.563. Walaupun hanya tiga project yang dianalisis, namun penulis meyakini hal ini juga terjadi pada seluruh project yang dikerjakan selama tahun 2015. Perhitungan yang salah tersebut menyebabkan adanya hidden loss yang dialami oleh perusahaan dari setiap projectnya. Penulis menyarankan agar perusahaan mengganti metode perhitungan biaya project-nya dengan menggunakan metode Activity-Based Costing, sehingga perusahaan akan dapat menghitung biaya untuk setiap project-nya dengan lebih akurat.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp32594 | DIG - FE | Skripsi | AKUN MAR p/16 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain