Computer File
Isolasi dan identifikasi senyawa golongan alkaloid dalam ekstrak buah mahkota dewa (phaleria macrocarpa)
Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan obat-obatan yang besar namun
belum dimanfaatkan, salah satunya adalah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).
Tumbuhan asli Indonesia ini telah terbukti secara empiris dan klinis berkhasiat
menyembuhkan berbagai penyakit dan memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi,
dengan aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam IC50 pada mesokarp, perikarp, dan biji
buah mahkota dewa masing-masing sebesar 0,142 mg/mL; 0,230 mg/mL; dan 0,245
mg/mL. Senyawa alkaloid cukup berpotensi memiliki aktivitas antioksidan tersebut karena
tersusun dari pasangan elektron bebas yang mampu mencegah oksidasi molekul oleh
radikal bebas. Selain itu, alkaloid dalam buah mahkota dewa mampu menghambat aktivitas
enzim α-glukosidase, serta menghambat proliferasi dan bersifat toksik pada sel kanker
Raji, T47D, dan myeloma. Penelitian isolasi alkaloid yang telah dilakukan berdasarkan
kajian literatur hanya sampai tahap penentuan manfaat golongan alkaloid tersebut dan
belum mencapai tahap pemurnian untuk penentuan struktur molekul. Struktur molekul
senyawa aktif dalam buah mahkota dewa yang telah diteliti sebanyak 36 senyawa murni
yang dikelompokkan ke dalam senyawa golongan fenolik, terpenoid, dan lipid. Oleh sebab
itu, perlu adanya penelitian isolasi hingga tahap struktur molekul agar senyawa alkaloid
murni tersebut dapat disintesis dan digunakan dalam produk-produk komersial dengan
harga yang terjangkau.
Isolasi senyawa alkaloid diawali dengan ekstraksi padat-cair menggunakan metode
maserasi (5 kali) menggunakan pelarut n-heksana dengan perbandingan umpan terhadap
pelarut, F:S sebesar 1:8 (b/v) pada temperatur ruang selama 24 jam untuk menghilangkan
senyawa terpenoid dalam mahkota dewa. Residu (rafinat) yang diperoleh dimaserasi 3 kali
menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan F:S sebesar 1:8 (b/v) pada temperatur
ruang selama 24 jam untuk melarutkan senyawa aktif yang bersifat polar dan semipolar.
Ekstrak pekat metanol yang telah diasamkan dengan asam asetat 10% v/v hingga pH 3,5
lalu dibasakan dengan NH4OH 25% v/v hingga pH 10. Selanjutnya ekstrak diekstraksi
cair-cair 2 kali menggunakan pelarut diklorometana dengan F:S sebesar 1:1 (v/v) pada
temperatur ruang selama 30 menit untuk mengambil senyawa alkaloid yang kebanyakan
bersifat semipolar. Fraksi diklorometana ditambahkan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air
yang terbawa dan dipekatkan dengan distilasi. Pemurnian fraksi diklorometana dilanjutkan
menggunakan metode kromatografi kolom dengan metode elusi gradien. Penentuan eluen
terbaik kromatografi kolom ditentukan terlebih dahulu dengan kromatografi lapis tipis
(KLT). Fraksi yang memberikan bercak kuat dan belum murni dipisahkan lebih lanjut
menggunakan KLT preparatif dan diuji kemurniannya dengan tiga sistem eluen antara lain
n-heksana/etil asetat (9:1), kloroform/metanol (9:1), dan kloroform/aseton (5:5).
Fraksi diklorometana sebagai sampel kromatografi kolom tidak mengandung
flavonoid, tetapi mengandung alkaloid, tanin, saponin, dan terpenoid yang masing-masing
berjumlah 1,2424 mg ekivalen bismut nitrat-tiourea/g ekstrak kasar; 0,6490 mg ekivalen
asam galat/g ekstrak kasar; 328,5 mg saponin/g ekstrak kasar; dan 436,25 terpenoid/
g ekstrak kasar. Jenis dan komposisi eluen terbaik untuk kromatografi kolom adalah
n-heksana/etil asetat dengan perbandingan 1:9 dan nilai Rf 0,3 sehingga variasi komposisi
eluen kromatografi kolom adalah 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 6:4; 5:5; 4:6; 3:7; 2:8; 1,4:8,6;
1,2:8,8; 1:9; 0,8:9,2; 0,6:9,4; dan 0:10 dengan volume tiap elusi sebanyak 150 mL dan
dilakukan masing-masing satu kali. Proses kromatografi kolom menghasilkan 200 fraksi
yang dapat dikelompokkan menjadi 7 fraksi gabungan yang mengandung terpenoid dan
tidak menunjukkan adanya alkaloid karena diduga jumlahnya terlalu sedikit. Eluen
terbaik yang digunakan untuk KLT preparatif berupa n-heksana/etil asetat (9:1) yang menghasilkan fraksi kuat pada Rf 0,58. Fraksi isolat yang diperoleh dari KLT preparatif
masih belum murni yang ditunjukkan oleh adanya 2 bercak pada masing-masing pelat uji 3
sistem eluen. Analisis kemurnian lanjutan berupa KLT 2 dimensi dan uji titik lebur, serta
analisis spektroskopi dengan demikian tidak dapat dilakukan karena ketidakmurnian isolat
tersebut.
Kata kunci: mahkota dewa, alkaloid, kromatografi, kemurnian, spektroskopi
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp32984 | DIG - FTI | Skripsi | TK DAR i/16 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain