Computer File
Simbolisasi pada perancangan arsitektur Gereja Katolik di Kota Bandung : kasus studi Gereja Katolik Santo Petrus, Gereja Katolik Santa Perawan Maria Tujuh Kedukaan, Gereja Katolik Santo Laurentius dan Gereja Katolik Santa Maria De Fatima
Gereja Katolik sebagai tempat peribadatan harus memiliki ekspresi sakral baik
secara eksterior maupun interior. Diduga modernisasi menyebabkan pudarnya
ekspresi sakral pada Gereja Katolik.
Mengingat Gereja katolik adalah bangunan ibadah yang mewadahi aktivitas
liturgi, maka pembahasan menggunakan kajian semiotika untuk membaca tanda
dan makna pada bentuk arsitektur agar dapat menjaga ekspresi sakralnya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
menggunakan prinsip semiotika Peirce dan penerapannya pada arsitektur Gereja.
Prinsip tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis keempat kasus studi
pada setiap lingkup perancangan. Lingkup perancangan meliputi: (1) Lingkup
lingkungan sekitar; (2) Lingkup tapak; (3) Lingkup bentuk; (4) Lingkup Sosok.
Analisis ini menggunakan prinsip semiotika yang di elaborasi dengan prinsip
Gereja Katolik. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan ekspresi sakral yang
paling dominan di antara keempat kasus studi dan merumuskan kriteria pedoman
perancangan Gereja Katolik yang memiliki bentuk ekspresi sakral.
Hasil analisis penelitian didapatkan kesimpulan bahwa Gereja Santo petrus
memiliki ekspresi yang paling sakral karena bangunan dominan oleh tanda
simbol. Ekspresi sakral gereja katolik harus dipertahankan untuk menyadarkan
umat pada keyakinan bahwa mereka memasuki ruang yang memiliki nilai
kosmologi dengan pengalaman religius yang mengandung nilai spiritual,
kesucian, dan ritual.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1739 | T/DIG - PMA | Tesis | TES-PMA CHR s/16 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain