Computer File
Tingkat penghunian kembali rumah susun : studi kasus Program Peremajaan Kota Kawasan Rumah Susun Kebon Kacang I Jakarta Pusat
Padatnya pemukiman di kota-kota besar menimbulkan masalah yang serius bagi pemerintah kota setempat. Kepadatan yang terkonsentrasi pada satu titik dapat dipastikan akan membuat kawasan tersebut mengalami ketimpangan antara
penyediaan fasilitas kota dengan densitas penduduknya. Pada kota-kota besar, kepadatan yang terpusat pada daerah-daerah pusat kota atau sentra bisnis sudah pada taraf yang mengkhawatirkan. Sejumlah kawasan yang terlalu padat berkembang menjadi kawasan kumuh tengah kota (slum). Hal ini bak buah simalakama bagi pemerintah kota. Karena jika dibiarkan, maka penataan kota akan kacau, kawasan kumuh tersebut bisa saja meluas tiap tahunnya. Selain itu masalah-masalah kesehatan fisik dan masalah-masalah sosial juga menghantui kawasan ini. Namun, untuk membereskannya bukanlah hal yang mudah. Proses penggusuran di negara ini masih terkesan tidak manusiawi dan otoriter. Sehingga banyak protes dilayangkan pada proses yang seharusnya bertujuan baik ini. Program Peremajaan Kota merupakan salah satu altematif penyelesaian yang dikenalkan Amerika Serikat pada dekade 3D-an. Program ini lantas diadopsikan di Indonesia tahun 70'an akhir untuk penyelesaian masalah perumahan yang sudah terlalu luas, padat dan terlalu parah untuk diselesaikan dengan programprogram yang lebih sederhana. Program ini merupakan program yang besar karena bertujuan memperbaiki kondisi yang ada dengan cara membangun ulang total kawasan dengan peruntukan yang sesuai. Program ini benar-benar harus dijalankan sebagai aplikasi multi-disipliner. Arsitektur, Planologi, Sosiologi, Administrasi Negara dan berbagai disiplin ilmu yang lainnya dituntut harus peka terhadap masalah yang ada dan masalah-masalah mungkin yang akan terjadi. Ketimpangan aplikasi multidisipliner dan ketidaksensitifan perencanaan dalam program ini dapat menimbulkan kegagalan fatal, sama dengan yang pemah dialami Amerika Serikat pada pertengahan tahun 70'an yang ditandai dengan dirubuhkannya apartemen di St
Louis, yang mana dalam arsitektur juga dikenal sebagai momentum keruntuhan arsitektur modern dengan jargon 'less is more'-nya. Di Indonesia, Jakarta khususnya, pada awat 80'an program ini dijalankan sebagai proses trial and error. Salah satu tujuan yang diemban oleh pelaksanaan program ini di Indonesia adalah bagaimana menampung kembali masyarakat yang terkena program peremajaan kota untuk dapat masuk kembali ke kawasan yang telah diperbaiki. Hal ini bukanlah hal yang mudah karena produk akhir dari pelaksanaan program ini adalah bentuk rumah susun yang kala itu masih merupakan barang baru bagi masyarakat, disamping itu banyak faktor lain yang menjadi pertimbangan warga untuk dapat memurtuskan kembali ke lingkungan barunya atau memilih pindah ke tempat lain. Kajian tentang penghunian kembali rumah susun dalam kerangka peremajaan kota diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai problematika yang ada dalam perencanaan dan pelaksanaan program serupa agar bisa dilaksanakan dengan baik dikemudian hari.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp37204 | DIG - FTA | Skripsi | ARS BUD t/01 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain