Computer File
Penelitian kondisi tegangan di lapangan parameter kuat geser dan kompresibilitas tanah residual di daerah Dago, Bandung berdasarkan uji dilatometer
Tanah residual merupakan rasil pelapukan setempat pada batuan induk di mana tanah residual ini
banyak terdapat di daerah tropis yang memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi, termasuk wilayah
Indonesia. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, sering dijumpai bahwa sifat-sifat dan propertis tanah
residual berbeda dengan teori mekanika tanah yang banyak terdapat dalam textbook terpublikasi.
Berdasarkan penelitian Wesley (1980), jenis tanah residual yang banyak terdapat di pulau Jawa
adalah latosol dan andosol sedangkan jenis tanah residual yang terdapat pada daerah Dago Bandung
berdasarkan uji Batas-Batas Atterberg adalah latosol.
Tanah residual yang diteliti berada pada salah satu lokasi di daerah Dago, Bandung dan kedalaman
tanah keras rata-rata yang ditandai dengan NsPl = 50 blows/30 cm berada pada kedalaman 9 m dari
permukaan tanah. Penelitian ini beriujuan untuk memperoleh informasi mengenai sifat fisis, indeks
propertis, parameter kuat geser serta modulus kompresibilitas tanah residual baik melalui pengujian di
lapangan, terutama uji dilatometcr, maupun di laboratorium,
Sifat fisis tanah residual latosol di daerah Dago, Bandung memiliki kadar air [wn] antara 36 - 59%
dengan batas piastis [PL] 29 - 58% dan batas cair [LL] 40 - 120% serta indeks plastisitas [IP] 11 -
66% dan dikategorikan sebagai tanah lanau (USCS). Berat jenis tanah [Gs] berkisar antara 2.4 - 2.9.
Berat isi pada kadar air alami antara 1.7 - 1.85 t/m^2 dan pada kondisi kering oven antara 1.0 - 1.3
t/m^2
, Nilai kohesi berkisar antara 0.12 ~ 0.6 kg/cm^2. Berdasarkan pengujian pada alat oedometer,
"OCR"' antara 1.4 ~ 14.8, Eoed berkisar antara 10 - 54 kg/cm^2
. Sedangkan koefisien konsolidasi [ev]
antara 2·10^5 - 1,75.10^3 cm^2/det dan indeks kompresi [ee] anlara 0.14 - 0.50.
Salah satu uji lapangan yang menjadi titik berat penelitian ini adalah uji dilatometer (the Flat
Diiatometer Test) yang pertama kali dikembangkan oteh Silva no Marchetti (1975) di Italia. Kelebihan uji
diiatometer ini adalah pengoperasiannya yang relatif mudah dan cepat. Selain itu juga mampu
memberikan parameter-parameter yang diperlukan untuk kepentingan desain dan analisis geoteknik
seperti modulus elastisitas tanah di lapangan [Ein-site], parameter kuat geser undrained [C,J] , indeks
tegangan horisontal [KD]. Keterkaitan antara karakteristik dan sifat-sifat teknis tanah residual melalui uji
dilatometer menjadi topik bahasan utama pada penelitian ini.
Hasil uji dilatometer menunjukkan bahwa nilai Indeks Malerial [ID] rata-rata pada kedalaman 0.00 -
3.50 m sebesar 1.8 dan pada kedalaman 3.50 ~ 7.00 m sebesar 0.9. Nilai Indeks Tegangan Horisontal
[KD] rata-rata pada permukaan adalah sebesar +-6 dan makin mengecil terhadap kedalaman hingga
pada kedalaman 7 m nilai rata-rata KD sebesar 2.5. Modulus Dilatometer [ED] menunjukkan nilai yang
makin membesar terhadap kedalaman di mana pada kedalaman +-7 m diperoleh ED sebesar 150
kg/cm^2.
Korelasi antara modulus kompresibilitas yang diperoleh dari uji konsolidasi dan uji kompresi satu
dimensi dan modulus dilatometer menunjukkan Eoec = Eo/3. Sedangkan hubungan parameter kuat
geser tak teralir yang telah dinormalisasi terhadap tegangan vertikal efektif [Sa/Ovo'] dan indeks
tegangan horisontal menunjukkan Su/Ovo' = KD/e.
Secara umum, penelitian inl dapat memberi sllmbangnn pada pengetahuan tentang sifat-sifat tanah
residual berdasarkan uji dilatometer di daerah Dago, Bandung Utara.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes410 | T/DIG - PMTS | Tesis | 624.151 36 LIS p | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain