Computer File
Analisis perbandingan brand equity pada industri mi instan, khususnya merek Supermi, Indomie, dan Mie Sedaap, di kota Bandung dan Jakarta
Didasarkan pada pemikiran bahwa merek memiliki keunikan yang sulit
ditiru oleh pesaingnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan brand equity index dari ketiga produk mi instan yang beredar di
pasaran yang merupakan representasi dari 3 kekuatan dengan posisi yang berbeda:
Supermi sebagai pioneer, Indomie sebagai market leader, dan Mie Sedaap selaku
penantang (challanger)
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner sebanyak 200
secara proporsional di kota Bandung dan Jakarta dengan tingkat error 10%
menggunakan metode snowball sampling. Perhitungan brand equity index
berdasarkan metode brand equity ten yang dikembangkan oleh Aaker dengan
difokuskan pada indikator yang berasal dari costumer-based information, yaitu
brand awareness, perceived quality, leadership/popularity, perceived value,
brand identity, organizational association, price premium, dan satisfaction/
loyalty. Sedangkan indikator lain yang diperoleh dari market-based information
–market share dan market and distribution coverage– diabaikan. Hasil
perhitungan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand equity index untuk produk
Indomie sangat tinggi dan dominan –mencapai angka 84,60 poin– jauh
meninggalkan para pesaingnya, yaitu Supermi (72,48 poin) dan Mie Sedaap
(75,27 poin). Namun demikian aspek loyalitas merupakan kelemahan utama dari
ketiga merek tersebut, terutama pada indikator tingkat perpindahan merek dan
rekomendasi produk. Selain itu, faktor rasa merupakan alasan utama dari
mayoritas konsumen dalam membeli produk mi instan.
Mie Sedaap boleh berbangga sebagai merek yang belum lama eksis
berhasil menyodok ke peringkat 2 dan hampir di semua aspek penilaian
mengungguli Supermi, kecuali dalam hal organizational associations dengan
selisih –0.50 poin. Tetapi baik Mie Sedaap ataupun Supermi harus memperbaiki
aspek price premium dimana aspek ini menunjukkan rentannya produk tersebut
terhadap perubahan harga.
Sebagai implikasi manajerial, maka merek Supermi disarankan untuk
melakukan ”reborn the brand”, selain itu untuk meningkatkan brand awareness
konsumennya budget promosi perlu ditingkatkan. Sedangkan bagi Indomie
disarankan untuk melakukan program social-responsibilities guna meningkatkan
kesadaran masyarakat akan manfaat dari keberadaan perusahaan dan produk
Indomie khususnya, selain juga mulai merubah strategi perusahaan dari strategi
multibrand menjadi strategi line dan brand extention. Mie Sedaap disarankan
untuk merubah strateginya dari cost leadership menjadi differentiation. Dan baik
Supermi maupun Mie Sedaap disarankan untuk mulai menjajaki atau
meningkatkan program business-to-business (B2B) terutama terhadap para
pedagang kecil yang menjual produk mi instan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes804 | T/DIG - PMM | Tesis | 658.827 LIG a | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain