Computer File
Peranan analisis breakeven point sebagai salah satu alat bantu manajemen dan dalam perencanaan laba : studi pada PT. BPR Sapadhana, Madiun
Secara teoritis, kedudukan bank sangat strategis, terutama jika mengingat fungsi pokok perbankan, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali untuk memeratakan pendapatan masyarakat. PT. BPR
Sapadhana, yang berlokasi di Madiun, merupakan salah satu perusahaan perbankan yang berusaha untuk menghimpun dana dan melayani kebutuhan dana masyarakat di sekitar lokasi usahanya dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi, karena ia harus menghadapi pesaing-pesaing yang lebih besar dan kuat dalam dunia perbankan.
Menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha terutama dunia perbankan akhir-akhir ini, manajemen bank selalu dituntut untuk membuat perencanaan yang matang dalam segala hal, termasuk di dalamnya perencanaan laba.
Banyak hal yang dilakukan oleh manajemen dalam merencanakan laba, misalnya dengan menganalisis dan mengelola kembali data masa lampau, sehingga minimal, manajemen dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba pada tahun sebelumnya. Salah satu cara yang dapat diterapkan di sini adalah analisis
breakeven point. Analisis ini mempelajari hubungan antara komponen biaya, volume penjualan, dalam hal ini volume dana, dan laba. Analisis breakeven point ini dapat menunjukkan suatu keadaan di mana biaya tetap dan biaya variabel dapat tertutupi dengan pendapatan yang diperolehnya, sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian dalam menjalankan operasinya, keadaan ini juga menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian, dalam arti kata bahwa laba sama dengan nol.
Analisis ini, juga dapat digunakan untuk menunjukkan suatu tingkat penjualan tertentu, dalam hal ini dana yang disalurkan, apabila perusahaan telah merencanakan suatu tingkat laba tertentu.
Selama ini, dalam merencanakan laba, PT. BPR Sapadhana hanya dilakukan dengan mengurangkan pendapatan yang diperkirakan akan diperoleh dengan biaya yang kemungkinan akan dikeluarkan tanpa menggunakan analisis tertentu. Penulis mencoba melihat hubungan breakeven point untuk merencanakan laba. Permasalahan yang timbul adalah PT BPR Sapadhana belum melakukan analisis breakeven, belum melakukan penggolongan biaya ke dalam biaya tetap dan variabel, sehingga tidak dapat diketahui pengaruh yang terjadi jika terdapat perubahan-perubahan pada faktor tertentu. Dengan demikian, langkah awal yang harus dilakukan untuk menerapkan analisis ini adalah dengan terlebih dahulu menggolongkan biaya menjadi biaya tetap dan variabel, jika terdapat biaya semivariabel, maka harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Jika penggolongan tersebut telah dilaksanakan, maka analisis breakeven point baru dapat dilaksanakan. Penggunaan analisis breakeven point ini
juga dapat digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi terhadap breakeven dan laba apabila terjadi perubahan dalam biaya, baik biaya tetap ataupun biaya variabel, harga jual, dalam kasus ini adalah harga dana yang disalurkan, dan juga komposisi dana yang disalurkan. Dengan menerapkan analisis breakeven point ini, diharapkan PT. BPR Sapadhana dapat merencanakan laba dengan lebih baik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara, peninjauan langsung, pengumpulan dokumen dan melakukan studi kepusatakaan. Selanjutnya, hasil penelitian ini diterapkan ke dalam teori yang ada, diperoleh tingkat breakeven yang cukup baik, yaitu pada volume penyaluran dana Rp 1.385.151.825,OO atau sekitar 83,33% dari total volume dana yang disalurkan pada tahun 1995. Hasil perhitungan breakeven tersebut mempertimbangkan cost of capital karena adanya penyaluran dana yang menggunakan modal sendiri. Volume dana sebesar Rp
1.385.15 1.825,OO merupakan suatu keadaan di mana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian dengan suatu tingkat margin of safety sebesar 16,67%. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah beroperasi pada tingkat yang cukup aman. Jika perusahaan ingin meningkatkan laba, maka perusahaan hendaknya dapat menekan biaya, baik biaya tetap atau biaya variabel maupun keduanya, menaikkan volume penjualan; ataupun dengan memperbaiki komposisi dana yang disalurkan
tanpa harus mengabaikan resiko-resiko yang dihadapinya. Sementara itu harga dana juga dapat dinaikkan, namun hal ini akan menyulitkan manajemen, karena kenaikan harga dana akan mempengaruhi daya saingnya. Untuk mempercepat tercapainya breakeven, semua perubahan dalam faktor yang telah disebutkan sebelumnya dapat
digunakan, namun tidak demikian dengan volume penjualan/volume dana. Apabila volume dana tersebut dinaikkan, dengan komposisi produk yang sama, maka hasil breakeven yang diperoleh adalah sama dengan sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa titik breakeven akan berubah jika perubahan volume diikuti dengan perubahan
komposisi dana yang disalurkan.
Perubahan salah satu atau beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi laba dan breakeven yang harus dicapai perusahaan. Dengan mengetahui perkiraan perubahan-perubahan yang terjadi dari faktor-faktor tersebut, diharapkan PT. BPR Sapadhana mampu untuk merencanakan dan menetapkan tingkat laba dengan berdasarkan pada kualitas keputusan yang akurat yang dapat menunjukkan batas-batas yang harus dipenuhi sehingga tidak terjadi kekurangan ataupun penumpukan dana.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp5026 | DIG - FE | Skripsi | AKUN SUL p/97 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain