Computer File
Reformasi politik Mongolia dalam konteks, normalisasi hubungan Sino - Soviet
Kenyataan bahwa banyak negara-negara komunis-sosialis
telah mengadakan reformasi di negaranya, tidak dapat
dipungkiri. Beberapa fakta telah bercerita bagaimana usaha
dan proses reformasi negara-negara (bekas) komunis-sosialis
tersebut. Salah satunya adalah reformasi politik
yang dilakukan oleh Republik Rakyat Mongolia (setelah
reformasi politik, berubah nama menjadi Mongolia).
Sehubungan dengan fakta di atas, dengan bersandar
pada Konsep Milieu (Lingkungan) dan Teori The Entities and
Environments Relationship (Hubungan antara negara dan
lingkungan) dari Harvey Starr dan Harold-Margaret Sprout,
penelitian ini berusaha meneliti bagaimana reformasi
politik Mongolia dalam konteks normalisasi hubungan Sino-
Soviet.
Mongolia, negara (bekas) komunis kedua tertua di
dunia, terletak terjepit di antara dua negara komunis-sosialis
terbesar di dunia, Republik Rakyat Cina dan Uni
Soviet. Lokasi geografis Mongolia ini selalu menjadi
penentu nasib Mongolia. Ketika Republik Rakyat Cina dan
Uni Soviet terlibat pertentangan yang dimulai sejak dekade
1960-an dan kemudian memilih penggunaan senjata untuk
mengatur perbedaan-perbedaan mereka, Mongolia menjadi
"medan pertempuran" bagi kedua tetangga raksasanya. Fakta
yang paling fundamental adalah ditempatkannya sejumlah
pasukan Uni Soviet di perbatasan Sino-Mongolian.
Sejak tahun 1985, sistem internasional pasta PD II
mulai mengalami perubahan-perubahan mendasar. Diakibatkan
oleh pergeseran kebijakan luar negeri kedua
adidaya,
negara
Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang kemudian
melahirkan situasi detente serta dominannya pelaksanaan
pragmatisme-ekonomi dalam hubungan antar negara. Perubahan
dari sistem internasional, yang ditambah dengan adanya
motivasi-motivasi dari Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet
untuk melaksanakan reformasi di negaranya masing-masing,
serta tersentuhnya "tiga tuntutan" Cina bagi normalisasi
hubungan Sino-Soviet, sehingga akhirnya Republik Rakyat
Cina dan Uni Soviet menormalisasikan hubungan mereka pada
tahun 1989.
Dengan tercapainya normalisasi hubungan Sino-Soviet
pada tahun 1989, yang pada saat yang bersamaan diikuti
oleh penarikan mundur pasukan Uni Soviet dari Mongolia,
Mongolia terlepas dari naungan Uni Soviet dan hubungan
Sino-Mongolian yang baru segera terbentuk. Hal ini berarti
Mongolia menjadi negara yang independen. Dengan demikian,
kondisi Mongolia yang baru memungkinkan Mongolia untuk mulai
memikirkan kondisi domestiknya pada umumnya dan melaksanakan
reformasi politik di negaranya pada khususnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp14069 | DIG - FISIP | Skripsi | HI DUL r/94 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain