Computer File
Keterkaitan antara pendidikan dan pola kelembagaan keluarga dengan kemiskinan perempuan di Indonesia
Menurut laporan Bank Dunia tahun 2000, ketidaksetaraan dalam gender, lebih banyak
tetjadi di antara kaum miskin. Dikatakan pula bahwa pola ini pun tetjadi bila dibandingkan antara negara kaya dan miskin, dimana negara miskin cenderung memiliki ketidaksetaraan gender yang lebih tinggi. Fakta tersebut sejalan dengan penelitian Klasen dan Wink (2002) dimana wilayah dengan pendidikan dan kesejahteraan yang meningkat mengalami penurunan dalam bias gender dan wilayah dengan pendidikan dan kesejahteraan yang buruk menyebabkan bias gender tidak
berubah bahkan memburuk. Dalam penelitian yang lain, Xin Meng (1996) mengungkap bahwa diskriminasi gender dalam upah lebih didasari atas faktor budaya dan kelembagaan, dan hanya memiliki sedikit kaitan dengan pembangunan ekonomi. Peter McDonald (2000) menyatakan bahwa kesetaraan gender pada kelembagaan keluarga secara umum cenderung lebih buruk. Dalam penelitian yang lain, Xin Meng (1996) mengungkap bahwa diskriminasi gender dalam upah lebih didasari atas faktor budaya dan kelembagaan, dan hanya memiliki sedikit kaitan dengan pembangunan ekonomi. Peter McDonald (2000) menyatakan bahwa kesetaraan gender pada kelembagaan keluarga secara umum cenderung lebih buruk. Studi ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat kemiskinan perempuan yang berbeda di berbagai wilayah di Indonesia memang disebabkan oleh tetjadinya beberapa aspek kemiskinan absolut terutama rendahnya pendapatan dan kurangnya akses menuju pendidikan sebagai kebutuhan dasar dalam memperoleh kebutuhan lainnya. Studi ini juga bertujuan untuk melihat apakah tingkat kemiskinan perempuan di Indonesia dilatarbelakangi faktor kelembagaan dalam keluarga. Untuk memenuhi tujuan yang pertama, studi menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan. kemudian data,tersebut diolah dengan menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (0LS). Untuk tujuan berikutnya, studi menggunakan dataprimer yang diperoleh dengan teknik purposive sampling melalui kuesioner dan diolah menggunakan uji kasus dua sampel independen, dengan menggunakan uji Chi-square untuk dua sampel lndependen agar terlihat adanya perbedaan perlakuan antara masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang berbeda. Hasil pengolahan terhadap data sekunder menunjukkan bahwa rata-rata lama usia sekolah berpengaruh secara terbalik terhadap tingkat kemiskinan perempuan dimana setiap ada peningkatan lama usia sekolah perempuan maka kemiskinan perempuan di suatu provinsi dapat berkurang. Hal ini menunjukkan pentingnya akses perempuan terhadap pendidikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Pendapatan per kapita masyarakat yang meningkat mempengaruhi angka kemiskinan perempuan secara terbalik. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan definisi kemiskinan yang ada, dimana faktor rendahnya pendapatan selalu disertakan dan lazimnya bila tetjadi peningkatan pendapatan maka kesejahteraan akan meningkat Hasil studi tidak menunjilkkan perbedaan yang signifikan antara kawasan pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Kemudian dari hasil analisa terhadap data primer menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perlakuan antara keluarga berpendidikan tinggi dan keluarga berpendidikan rendah dalam,memandang posisi ibu/istri dalam kelembagaan keluarganya. Terdapat hal penting yang perlu disimpulkan dari studi ini yakni pentingnya pendidikan dalam mempengaruhi sistem nilai dalam keluarga. Rendahnya pendidikan keluarga mendorong tetjadinya tindakan marjinalisasi, subordinasi, stereotipe, dan pembebanan ganda pada perempuan. Tindakan tersebut menyebabkan kurangnya akses terhadap banyak hal bagi perempuan dan mendorong terjadinya pemiskinan perempuan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp73 | DIG - FE | Skripsi | SP PRA k/06 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain