Computer File
Pengaruh arsitektur rumah deret Shaoxing Cina pada arsitektur rumah di Kampung Melayu Semarang
Hubungan antara daratan Cina dengan Pantai Utara Pulau Jawa telah berlangsung
ratusan tahun lebih. Dikisahkan orang-orang dari daratan Cina pertama kali
menginjakkan kakinya di Banten (Bantam), kemudian terpencar di kota-kota seperti
Jepara, Lasem, Rembang, Demak, Tanjung, Buyaran, dan kira-kira pada tahun 1416, di
Semarang. Mereka datang untuk berdagang dengan membawa barang-barang
kerajinan untuk ditukar dengan hasil-hasil pertanian
Orang Cina yang menetap di kota-kota perdagangan di Pantai Utara Jawa, termasuk
Semarang, memiliki peranan yang penting pada masyarakat kola pada masa kolonial.
Pada masa itu, Belanda memegang peranan dalam sektor diplomatik, mengeksploitasi
sektor agrikultur yang dipegang oleh pribumi. Sementara orang Cina berperan sebagai
mediator antara Belanda dengan pribumi, khususnya di bidang industri dan
perdagangan. Bahkan pada tahun 1672, Belanda memberikan jabatan kepada orang
Cina untuk mengatur kaumnya, yakni sebagai "Kapten" (kapitan), "Letnan", dan
belakangan "Mayor".
Keterikatan dengan etnis Cina seperti dijelaskan di atas dapat menghasilkan proses
akulturasi. Akulturasi berarti proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kelompok kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dalam hal ini, perlahan-lahan
unsur-unsur kebudayaan orang-orang Cina - yang memiliki peranan penting di
masyarakat pada saat itu - diterima dan diolah ke dalam kebudayaan lokal, yang
terlihat dari arsitektur yang dibuat di Kampung Melayu.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp17810 | DIG - FTA | Skripsi | ARS RAH p/08 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain