Computer File
Pengaruh pencahayaan buatan terhadap fungsi peribadatan pada Gereja Katolik Santo Laurentius Bandung
Cahaya merupakan salah satu elemen arsitektural dimana membentuk informasi visual
dari karakteristik sebuah ruang yang ditimbulkan oleh fungsi. Cahaya dalam arsitektur tidak hanya
digunakan untuk membentuk suatu bentukan ruang. Dalam fungsi gereja, maka pencahayaan
harus menciptakan suasana yang nyaman untuk kegiatan beribadat memenuhi kebutuhan
kuantitas dan kualitas pencahayaan. Penelitian menggunakan objek studi Gereja Katolik Santo
Laurentius Bandung, dengan lingkup penelitian hanya pada desain pencahayaan buatan saja.
Penelltlan inl ditujukan untuk menggali lebih dalam tentang peran pencahayaan buatan
dalam pemenuhan fungsi ibadat. Untuk mendukung aktivitas peribadatan agama katolik, maka
pencahayaan buatan harus memenuhl aspek kuantitas (lighting function) dan aspek kualitas
(architectural function) yang secara tidak langsung keduannya saling menimbulkan konflik. Aspek
kuantitas yang menekankan pada pemenuhan fungsi fisik dalam melihat benda, membaca teks.
Dengan aspek kualitas yang menekankan pada pencahayaan sebagai pembentuk suasana sakral,
khidmad dalam beribadat dengan simbolisasi terang gelap. Oleh sebab itu, dilakukan beberapa
metode penelitian yaitu metode kualitatif dan kuantiatif. Metode kualitatif mencakup pengamatan
sedangkan metode kuantitatif mencakup pengukuran dan penyebaran kuesioner.
Pengamatan pada ruangan gereja ini ditujukan untuk mengetahui kondisi yang terjadi
pada pada ruang gereja ini. Kemudian kondisi tersebut dianalisis sesuai dengan teori-teori yang
ada. Setiap aspek pencahayaan buatan yang diteliti menampilkan permasalahan-permasalahan
yang ada. Pada ruang gereja ini, masalah yang paling terasa adalah tidak meratanya distribusi
cahaya dan adanya daerah dengan intensitas cahayanya kurang. Hal ini pula dibuktikan dari hasil
pengukuran dan penyebaran kuesioner. Dari pengukuran pada bagian depan, tengah, dan
belakang panti umat yang menggunakan sistem pencahayaan merata tidak memiliki kuat
pencahayaan yang sama. Berbeda dengan area teras yang memiliki kuat pencahayaan merata
tetapi intensitas pencahayaannya kurang. Dari data kuesioner didapat kecenderungan bahwa
kebanyakan umat yang duduk pada panti umat bagian belakang merasa kuat pencahayaan terlalu
terang, sedangkan pada bagian depan dan tengah tidak. Pada umat yang duduk di daerah teras
kurang dapat membaca teks misa dengan baik.
Berdasarkan kesimpulan akhir, pencahayaan buatan dalam Gereja Katolik Santo
Laurentius Bandung sudah dapat mengakomodasi kegiatan ibadat dengan baik. Secara
keseluruhan kualitas ruang ibadat Gereja Santo Laurentius Bandung dapat mengakomodasi
kegiatan beribadat, dan hanya terjadi masalah pada area belakang panti umat dan teras. Akan
tetapi secara kualitas, umat yang berada pada bagian teras, dengan kondisi pencahayaan buatan
yang kurang terang, justru dapat lebih berkonsentrasi dari pada yang berada pada bagian belakang
panti umat.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp18329 | DIG - FTA | Skripsi | ARS-TM 1 SOE p/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain