Computer File
Simulasi dehidrasi etanol untuk biofuel dengan solvent etilen glikol - gliserol pada distilasi ekstraktif
Semakin hari penggunaan bahan bakar semakin meningkat. Bahan bakar
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga suatu saat
bahan bakar tersebut akan habis. Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan bakar
alternatif yang dapat diperbaharui untuk menjawab persoalan di atas. Salah satu
jenis bahan bakar alternatif yang dapat digunakan berasal dari etanol. Etanol yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar tersebut harus memiliki kemurnian
minimum sebesar 99,5%-mol atau 99, 7%-massa. Dehidrasi etanol dengan
distilasi biasa hanya akan menghasilkan etanol sampai kemurnian 89%-mol atau
97,2%-vol. Hal ini dikarenakan terbentuknya titik azeotrop pada komposisi
etanol-air 89%-mol atau 97 ,2%-vol. [3],[41 Dengan menggunakan distilasi ekstraktif,
diharapkan diperoleh kemurnian etanol minimum sebesar 99,5%-mol, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah mempelajari proses
dehidrasi etanol dengan distilasi ekstraktif. Metode yang akan digunakan pada
penelitian adalah dengan melakukan simulasi menggunakan bantuan software
CHEMCAD. Berdasarkan studi literatur dan simulator, validasi model dilakukan
dengan membandingkan basil yang diperoleh dari simulator dengan yang ada
pada literatur. Model yang valid digunakan untuk memvariasikan rasio refluks,
temperatur umpan, laju alir umpan, XEtOH di umpan, jumlah tahap, dan tahap
tempat umpan azeotrop masuk untuk mendapatkan etanol dengan kemurnian yang
tinggi.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa etanol dengan kemurnian yang tinggi
yaitu minimum sebesar 99,5%-mol dapat dihasilkan dari proses dehidrasi etanol
dengan solvent berupa campuran etilen glikol dan gliserol pada distilasi ekstraktif.
Perubahan rasio refluks dan temperatur umpan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemurnian etanol yang dihasilkan. Pada perubahan laju alir
umpan terdapat titik maksimum. Komposisi etanol di umpan harus pada
komposisi azeotropnya. kemurnian etanol yang diperoleh akan semakin tinggi
apabila jumlah tahap semakin sedikit atau tahap tempat umpan azeotrop masuk
semakin mendekati reboiler. Apabila solvent diganti dengan gliserol mumi, etanol
yang diperoleh masih dapat digunakan untuk bahan bakar.
Kondisi optimum proses dehidrasi etanol dipilih pada harga rasio refluks
yang kecil, yaitu sebesar 0,1 karena pada harga rasio refluks yang kecil,
condensor duty yang dibutuhkan menjadi semakin kecil, yaitu sebesar 4,379130
e+06 kJ/h. Sedangkan reboiler duty yang dibutuhkan sebesar 7,35692 e+06 kJ/h.
Konfigurasi kolom yang optimum dicapai saat jumlah tahap dalam kolom
sebanyak 15 tahap dan umpan azeotrop masuk pada tahap ke-12.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp21999 | DIG - FTI | Skripsi | TK SUS s/10 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain