Computer File
Permintaan dan penawaran pada industri benang sutera Indonesia periode 1990-2001
Industri sutera merupakan industri rumah tangga yang bersifat padat karya dAn
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini produksi benang sutera dalam negeri
baru mencapai sekitar 110 ton per tahun, sementara kebutuhan di pasar domestik mencapai
sekitar 650 ton per tahun. Kesenjangan pasokan dengan kebutuhan benang sutera lokal ini
menjadikan produsen kain sutera terpaksa mengimpor benang sutera dari China dan India serTa
dari negara-negara lainnya. Kondisi ini cukup disayangkan mengingat permintaan benang
sutera dipasar domestik cukup prospekitif: Sementara peluang Indonesia untuk memenuhi pasar
persuteraan dunia sebenarnya juga cukup besar.
Teori permintaan dan penawaran menjadi landasan penulis dalam menganalisis
keadaan yang terjadi di atas. Penulis mencoba mengidentifikasi adanya masalah nyata yang
terjadi pada industri benang sutera, yaitu permintaan benang sutera di dalam negeri lebih
tinggi daripada penawarannya. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas mengenai faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran benang sutera dan
memproyeksikan permintaan dan penawaran benang sutera di Indonesia. Adapun variabel yang
mempengaruhi permintaan benang sutera di Indonesia adalah harga benang sutera domestik,
harga benang sutera impor, volume benang sutera impor dan jumlah produksi kain sutera.
Variabel yang mempengaruhi penawaran benang sutera di Indonesia adalah harga benang
sutera domestik harga benang sutera impor, produksi kokon dan luas lahan tanaman murbei
Penulis menggunakan analisis trend linier untuk melihat perubahan dari variabel-variabel
yang diteliti. Disamping itu, penelitian ini juga menggunakan alat analisis model
ekonometrika. Model ekonometrika yang digunakan adalah model regresi dengan menggunakan
metode OLS (Ordinary least square). Penulis mengambil sampel permintaan dan penawaran
benang sutera di Indonesia periode waktu tahun 1990 sampai denaan 2001.
Didapat hasil estimasi bahwa harga benang sutera impor mempengaruhi permintaan
dan penawaran benang sutera di Indonesia secara signifikan, yaitu sebesar 0.3653% untuk
permintaan dan 0.1884% untuk penawarannya. volume benang sutera impor mempengaruhi
permintaan benang sutera di Indonesia secara signifikan sebesar 0.2110% Produksi kokon
sebagai bahan baku benang sutera mempengaruhi penawaran benang sutera di Indonesia
secara signifikan sebesar 0.2807%. Luas lahan tanaman murbei mempengaruhi penawaran
benang sutera di Indonesia secara signifikan sebesar 1.1348. Harga benang sutera domestik
produksi kain sutera temyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
permintaan dan penawaran benang sutera. Trend permintaan benang sutera menunjukkan
bahwa tiap tahun permintaan benang sutera mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8.408,33 kg
tiap tahun dan trend penawaran benang sutera menunjukkan bahwa tiap tahun penawaran
benang sutera mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5.213,89 kg tiap tahun.
Perlunya dukungan dari pemerintah sebagai perumus kebijakan, Masyarakat
Persuteraan Alam Indonesia, perusahaan swasta sebagai mitrapetani, koperasi, dun kelompok
tani dalam mengembangkan usaha persuteraan alam ini. Dukungan ini dapat berupa dukungan
teknis dan dukungan dari segi finansial (permodalan) dalam rangka peningkatan kemampuan
dalam penguasaan teknologi yang tepat guna. Di samping itu, perlu pembukaan lahan baru
yang produktif baik dilihat untuk penanaman murbei maupun lokasi yang dekat dengan tempat
pengolahannya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp454 | DIG - FE | Skripsi | E.PEMB GRA p/01 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain