Computer File
Peranan target costing dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi pada Kilang Balongan PT. Pertamina
Inflasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan naiknya nilai tukar mata uang
asing (khususnya Dollar AS) terhadap mata uang Rupiah. Hal ini secara tidak langsung
mengakibatkan naiknya harga bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan, terutama
manufaktur. Meningkatnya harga-harga bahan baku berakibat pada naiknya biaya produksi
sehingga daya beli masyarakat mengalami penurunan. Untuk menghadapi hal ini, perusahaan
harus mampu menurunkan biaya produksi seefisien mungkin untuk dapat menutupi biaya-biaya
yang terjadi dan tetap memperoleh profit yang diinginkan oleh perusahaan.
Target costing merupakan salah satu alat bantu perusahaan untuk dapat
mencapai tujuannya. Perhitungan target costing dimulai dengan menetapkan harga jual
(target price). Setelah menetapkan harga jual, baru ditetapkan profit yang ingin dicapai oleh
perusahaan (target profit). Setelah mendapatkan target price dan target profit, maka
selisihnya adalah target cost, yaitu jUmlah biaya yang harus dicapai perusahaan untuk
mendapatkan target profit yang diinginkan.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif analitis.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Penulis memilih Kilang Balongan PT.
Pertamina sebagai objek penelitian. Kilang Balongan PT. Pertamina berlokasi di Indramayu, Jawa Barat.
Kilang Balongan PT. Pertamina memperoleh harga pokok produk (HPP)
dengan menghitung biaya produksi yang terjadi dan membaginya dengan jumlah unit yang
dihasilkan. Harga pokok produk gasoil yang dihitung menUrut Kilang Balongan PT.
Pertamina adalah Rp 1,413.75 per liter. Kilang Balongan PT. Pertamina sebaiknya
menghitung HPP dengan'process costing karena Kilang Balongan PT. Pertamina merupakan
perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah besar dan diproduksi secara massal.
Perhitungan biaya produksi gasoil menurut process costing adalah Rp 1,337.99 per liter.
Biaya operasi yang terjadi adalah Rp 68.68 per liter, sehingga biaya produk menUrut
perusahaan menjadi Rp 1,482.43 dan biaya produk menurut process costing usulan penulis
adalah Rp 1,406.67. Kemudian, perhitungan ini dibandingkan dengan target cost yang
sebesar Rpl,141.65 per liter. Dengan perbandingan antara biaya produk menurut perusahaan
dan biaya produk menurut target costing, maka timbul overcosted sebesar Rp 340.78 per
liter. Sedangkan dengan perbandingan antara biaya produk menurut process costing usulan
penUlis dan biaya produk menurut target costing, maka timbul overcosted sebesar Rp 265.02
per liter. Melalui wawancara penulis dengan manajer keuangan, hanya biaya tenaga kerja
yang dapat diturunkan sebesar 2.6% pada setiap proses. Walaupun biaya tenaga kerja
diturunkan, tetap timbul overcosted sebesar Rp 264.85. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa target cost yang ingin dicapai pada Kilang Balongan PT. Peliamina, tidak dapat
tercapai, hal ini disebabkan oleh reengineering yang tidak dapat dilakukan melalui proses
produksi dan disain produk.
Dari hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan Kilang Balongan PT.
Petamina untuk melakukan continous improvement, yaitu perbaikan secara terus-menerus,
di berbagai bidang terutama dalam peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan. Untuk
perhitungan yang lebih tepat dan akurat, sebaiknya Kilang Balongan PT. Petamina
menerapkan Activity-Based Costing sehingga dapat mengurangi aktivitas-aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities) dan meningkatkan aktivitas
yang memberikan nilai tambah (value added activities).
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp3575 | DIG - FE | Skripsi | AKUN DES p/05 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain