Computer File
Etnis Cina Indonesia dalam hubungan perdagangan Indonesia-RRC: suatu tinjauan terhadap keterlibatan konglomerat Indonesia keturunan Cina dalam ekspor non migas Indonesia ke RRC pasca normalisasi (1994-1996)
Kenyataan menunjukkan bahwa etnis Cina merupakan golongan minoritas di Indonesia, juga negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun mereka menjadi kapitalis yang agresif di negara-negara yang ditempatinya (termasuk Indonesia), setelah beremigrasi ke luar dari negerinya akibat berbagai kesulitan hidup. Dengan populasi yang hanya sebesar 4% (8 juta orang), etnis Cina mampu mendominasi sekitar 75% perekonomian Indonesia. Menurut Leo Suryadinata, golongan Cina totok merupakan yang paling sukses sebagai pengusaha dibandingkan dengan golongan Cina peranakan, karena mereka masih memiliki etos imigran dan wiraswasta, mampu berbahasa Mandarin, dan mampu menggunakan jaringan perdagangan etnis (guanxi) yang umurnnya ada di tangan orang-orang keturunan Cina. Nama-nama seperti Liem Sioe Liong, Eka Tjipta Widjaya, dan Tan Siong Kie, adalah para pengusaha keturunan Cina yang termasuk ke dalam kategori ini.
Kuatnya posisi ekonomi pengusaha keturunan Cina di Indonesia ditandai juga oleh kepemilikan atau kontrol mereka atas beberapa perusahaan besar atau konglomerasi di negeri ini. Walaupun pada pertengahan 1990-an, tumbuh secara cepat konglomerasi baru di bawah kontrol pengusaha pribumi, seperti Bambang Trihatmodjo (Bimantara) dan Aburizal Bakrie (Bakrie Group), tetap saja sangat nyata bahwa para pengusaha keturunan Cina di Indonesia lebih dominan. Dengan modal yang cukup besar, mereka juga mampu menanam modal di manapun, asalkan mendatangkan keuntungan, termasuk di RRC. Apalagi mereka mempunyai kaitan kultural dengan RRC yang pada prakteknya memperlancar usaha mereka.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, inti pennasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah keterlibatan konglomerat Indonesia keturunan Cina dalam ekspor non migas Indonesia ke RRC (1994-1996). Kuatnya posisi ekonomi mereka, terlihat juga pada besarnya keterlibatan mereka dalam ekspor non migas Indonesia ke RRC. Ada 40 perusahaan milik konglomerat Indonesia, dan sebanyak 72% dikuasai oleh konglomerat keturunan Cina. Luasnya diversifikasi usaha mereka juga terlihat dari beragamnya jenis komoditi yang bisa diekspor dari 1 induk perusahaan milik 1 konglomerat saia. Hal ini wajar saja karena sifat utama seorang pengusaha adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Adanya kaitan kultural hendaknya lebih dipandang sebagai keunggulan komparatif mereka dibandingkan para pengusaha lain.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp14272 | DIG - FISIP | Skripsi | INT.ORG SAD e/99 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain