Computer File
Analisis tingkat keseimbangan IQ & EQ yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada kepemimpinan dalam organisasi perusahaan
Ada pendapat umum bahwa orang yang memiliki IQ (Intelligence
Quotient) yang tinggi akan memberikan performansi kerja yang lebih baik.
Pendapat ini menyebabkan banyak perusahaan menetapkan standar IQ tertentu
untuk suatu pekerjaan yang ditawarkan. Akan tetapi pada awal tahun 1990
berkembang suatu pandangan baru mengenai EQ (Emotional Quotient) yang
dianggap setara dengan IQ. Bila IQ lebih berkaitan dengan kemampuan
rasionalitas atau pikiran seseorang maka EQ lebih cenderung ke arah perasaan
dan intuisi. Dengan EQ ini maka seseorang diharapkan dapat berhubungan baik
dengan orang lain, mampu mengatasi konflik, tenggang rasa dan lebih peka
terhadap orang lain sehingga suasana kerja akan tercipta lebih baik. EQ
dianggap sebagai jawaban mata rantai manajemen yang hilang di mana pada
kenyataannya banyak orang dengan tingkat IQ biasa/standar justru lebih sukses
dalam pekerjaannya daripada orang dengan tingkat IQ yang tinggi.
Kecerdasan didefinisikan sebagai keseimbangan antara IQ dan EQ. EQ
memungkinkan pengambilan keputusan dilakukan lebih cepat karena manusia
menggunakan intuisinya di samping pemikiran dan perhitungan secara analitik.
Selain itu EQ memungkinkan untuk dikembangkan secara terus menerus, hal
yang sama tidak dapat dilakukan pada IQ yang akan berhenti berkembang
setelah seseorang mencapai usia tertentu. Oleh sebab itu EQ menjadi sisi lain
dari kecerdasan seseorang, selain IQ, yang perlu dipertimbangkan untuk
membentuk suatu cara berpikir dan bertindak yang dapat memberikan hasil yang
lebih baik dalam suatu bidang kerja.
Pada penelitian ini, IQ dan EQ akan dilihat kaitannya dengan tugas
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi perusahaan. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan IQ dan EQ ini akan diidentifikasi dan dilihat faktor mana yang
paling dominan. Tingkat persentase penggunaan IQ dan EQ juga akan diteliti
berdasarkan tingkat pendidikan. Pada tahap akhir akan dijabarkan tipe
pemimpin/pengambil keputusan yang ideal untuk di Indonesia.
Kesimpulan dari penelitian ini menghasilkan faktor dominan dari IQ
adalah kemampuan rasionalitas sedangkan faktor dominan dari EQ adalah
konsentrasi. Hasil ini kemudian digunakan untuk menjabarkan tipe pemimpin/
pengambil keputusan yang ideal untuk di Indonesia. Pada sisi lain ternyata
persentase penggunaan IQ dan EQ pada responden dengan tingkat pendidikan
tidak berstrata lebih tinggi daripada responden dengan tingkat pendidikan
berstrata. Hal ini memberikan indikasi baru dalam menyatakan kemampuan/
performansi kerja seseorang, khususnya dalam hal pengambilan keputusan,
bahwa IQ dan EQ merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan dan diperlukan
keseimbangan antara keduanya untuk mencapai performansi kerja optimal.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp20881 | DIG - FTI | Skripsi | TI IND a/99 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain