Computer File
Kerjasama Cina dan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) Dipandang Dengan Perspektif Critical Theory Robert Cox
Masuknya aspek globalisasi dalam bidang studi hubungan internasional telah memberikan para sarjana perspektif baru. Diantara bentuk-bentuk interaksi didalamnya, pasar bebas menjadi faktor dominan dalam fenomena HI. Ekonomi memainkan peranan penting dalam tatanan hubungan internasional. Berakhirnya perang dingin menjadi faktor bergesernya
paradigma bentuk kekuatan sosial. Sejumlah perjanjian perdagangan bebas dibentuk. Mulai dari NAFTA, AFTA, hingga yang terakhir, ACFTA.
Nama terakhir adalah kerjasama terbaru yang dibentuk oleh Cina dan negara anggota ASEAN. Kuatnya interaksi dagang antara ASEAN dan Cina menjadi faktor terkuat kenapa kedua pihak sangat ingin mensukseskan perjanjian ini. Berdasarkan ASEAN Investment Fact Sheet 2009, selama 2009 aktivitas ekonomi Cina di ASEAN mencapai US$ 200 Miliar. Angka
ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan mengingat Cina merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam hal trading partner. Namun, Banyak pandangan negatif dari sejumlah pengamat ekonomi ASEAN akan
keuntungan yang mampu diberikan oleh ACFTA kepada organisasi regional ini. Kemampuan negara-negara ASEAN dalam mengintegrasikan kemampuan ekonomi antara satu sama lainnya dinilai masih lemah. Padahal, untuk menunjang pelaksanaan FTA yang baik pada prinsipnya koalisi negara-negara yang terlibat sudah harus mampu menemukan mekanisme integrasi yang pas. ACFTA akan tidak berguna ketika ASEAN tidak mampu mengintegrasikan ekonomi antar anggotanya. ACFTA hanya akan menghasilkan monopoli keuntungan bagi Cina untuk menguasai perekonomian Asia Tenggara dan akan mematikan kompetisi pasar konsumsi negaranegara
ASEAN, khususnya pangsa pasar produsen lokal di negara-negara tersebut.
Dengan menggunakan perspektif critical theory milik Robert Cox, penulis akan mencoba menjelaskan bahwa bagaimana perjanjian ACFTA ini tidak mampu menjadi sebuah win-win solution bagi negara-negara yang terlibat. Nilai-nilai normatif ASEAN yang kontradiktif dengan substansi perjanjian, ketimpangan ekonomi antara negara ASEAN dan Cina, bahkan dengan sesama anggota sendiri, hingga dampak dari perjanjian yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat di sektor pekerja, akan dianalisa dengan tajam lewat perspektif critical theory Robert Cox.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp24168 | DIG - FISIP | Skripsi | HI NUG k/12 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain