Text
Kedudukan dan kekuasaan raja dalam kerajaan tradisional dari satu masyarakat di Sumatera Utara : Masyarakat Batak Toba
Dalam tiap masyarakat selalu ditemukan unit politik atau
pemerintahan yang mengatur kehidupan masyarakat setempat. Dalam
pemerintahan kerajaan pasti ada orang yang berkedudukan sebagai raja.
Kedudukan raja dalam masyarakat tradisional dipercaya sebagai wakil atau
representasi dewata untuk mengatur hidup bermasyarakat dan
berpemerintahan. Ia juga memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan
masyarakat. Kekuasaan yang dimiliki raja bisa bersumber dari kekuasaan
legal-rasional, kekuasaan tgradisional dan kekuasaan karismatik.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan lebih mendalam
tentang kedudukan dan kekuasaan raja dalam kerajaan tradisional dari satu
masyarakat di Sumatera Utara dimana masyarakat Batak roba dijadikan
sebagai kasus. Penelitian ini masuk dalam ranah penelitian historis dengan metode deskriptif-kualitatif untuk menggambarkan kedudukan dan kekuasaan raja dalam pemerintahan kerajaan tradisional Batak roba. Data yang digunakan
ialah dongeng-dongeng suci seperti turiturian, baik lisan maupun tulisan,
peribahasa dan simbol yang mengacu pada kehidupan pemerintahan
kerajaan tradisional masyarakat Batak roba. Untuk itu pengumpulan data
menggunakan metode dokumenter, wawancara mendalam dan observasi.
Sementara analisis naratif dan metode ilustratif, analisis isi, analisis wacana dan penafsiran teks digunakan untuk menganalisis teks dari dokumen dan hasil wawancara, dan anal isis semiotik digunakan untuk menganalisis tanda atau simbol yang diperoleh dari observasi.
Dari hasil penelitian ditemukan corak kedudukan dan kekuasaan raja
dalam masyarakat tradisional Batak roba ditentukan oleh budaya
kerohanian. Masyarakat Batak roba tradisional sebagai masyarakat kosmosreligius percaya bahwa raja adalah representasi dari dewata sehingga
kedudukan dan kekuasaan raja sangat suci dan sakral. Berdasarkan
kepercayaan kosmos-religius maka masyarakat Batak roba tradisional taat
kepada raja untuk mendapatkan keberuntungan. Karena kedudukan raja
sebagai "representasi" dari dewata, maka tidak membentuk hubungan
patron-client antara raja dan masyarakat.
Berdasarkan kepercayaan kosmos-religius, masyarakat Batak roba
juga percaya seorang raja memiliki hak ilahi atas kekuasaan (devine right),
yaitu kekuasaan didapatkan dari dewata sehingga suara raja adalah suara
deata. Raja diberi kekuasaan oleh dewata untuk mengatur kehidupan
masyarakat. Kekuasaan itu bersumber dari kekuasaan tradisional dan
kekuasaan karismatik. Kekuasaan karismatik ditandai oleh pemilikan apa
yang disebut sahala harajaon atau wibawa kerajaan yang juga didapat dari dewata.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
135806 | R/SB/DIG - FISIP | Laporan Penelitian Dosen | 306.959 8 SIL k | Gdg9-Lt3 (LPD-LPM FISIP/AP) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain