Computer File
Konsep City Walk pada mall di Bandung : studi kasus : Mall Cihampelas Walk dan Mall Paris Van Java
Perancangan bangunan seringkali kurang memperhatikan keselarasan
dengan alam dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, dan penggunaan
teknologi yang tidak ramah terhadap lingkungan. Perancangan bangunan secara
arsitektural mempunyai andil besar dalam memicu pemanasan global dan
mengakibatkan penurunan kualitas hidup manusia. Berbagai pembangunan terus
dilakukan untuk meningkatkan citra suatu kota, diantaranya pembangunan pusat
perbelanjaan atau mall yang menjadi kebutuhan masyarakat. Mall merupakan
sebuah plaza umum, jalan-jalan umum atau sekumpulan sistem dengan belokanbelokan
dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Mall dapat disebut juga sebagai
jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalulintas umum, tetapi memiliki
akses terhadapnya, sebagai tempat berjalan – jalan, duduk – duduk, bersantai dan
dilengkapi dengan unsur-unsur dekoratif untuk melengkapi kenyamanan dalam
menikmati suasana. Mall pada umumnya dibangun dengan desain Enclosed Mall
yang megah dan elegan untuk menarik pengunjung. Sebagian besar desain mall
juga lebih dititikberatkan pada pemanfaatan ruang jual dalam bangunan yang
lebih banyak untuk mendapatkan keuntungan sehingga terkadang mengabaikan
tingkat kenyamanan pengguna.
Menurut pengamatan, akhir-akhir ini mulai berkembang pusat perbelanjaan
atau mall yang menerapkan konsep City Walk pada desainnya agar tercipta
keselarasan antara pengguna dan alam, dimana kebutuhan manusia akan
berbelanja tetap terpenuhi tanpa mengabaikan kondisi alam yang semakin
menurun. City Walk awalnya tercipta di Benua Eropa dimana pada suatu kawasan
yang ramai dibuat area pedestrian dengan tatanan ruang terbuka hijau di
sekitarnya, sehingga pejalan kaki merasa nyaman dan segar ketika melewatinya
karena mereka tidak perlu khawatir akan gangguan dan polusi dari lalu lintas
kendaraan. Area pedestrian itu akhirnya menarik banyak pengguna sehingga
muncullah beberapa pemikiran masyarakat setempat untuk membuka usaha
seperti berjualan di sekitar pedestrian. Karena itu berkembanglah area pedestrian
terbuka dengan tatanan retail sebagai pembatas sirkulasinya. City Walk biasanya
berupa koridor ruang terbuka untuk pejalan kaki yang menghubungkan beberapa
fungsi komersial dan ritel yang ada. Koridor ini biasanya terbuka dan relatif cukup
lebar. Di beberapa tempat di mancanegara, City Walk sudah banyak terdapat di
sudut ruang kotanya. Lahan kota yang kurang hidup dapat disulap menjadi
kawasan ritel dengan suasana khas yang dapat membangkitkan keinginan
masyarakat untuk berbelanja memenuhi kebutuhan sambil menikmati keindahan
alam dengan rileks.
Berbeda dengan Benua Eropa yang pertama kali menerapkan konsep City
Walk, di Indonesia konsep City Walk diadopsi ke dalam desain mall tidak lagi
menjadi sebuah pedestrian dalam suatu kawasan kota. Konsep pedestrian terbuka
diletakkan dalam kawasan mall sebagai sirkulasi ruang sehingga mall di Indonesia
yang sebagian besar merupakan mall tertutup berubah menjadi mall terpadu yaitu
setengah terbuka dan setengah tertutup. Meskipun dengan penempatan yang
berbeda namun konsep City Walk yang diterapkan di Indonesia seharusnya tetap
mengikuti prinsip-prinsip desain City Walk yang telah dikeluarkan dalam
beberapa teori dan fenomena City Walk yang sebenarnya.
Bangunan Mall Paris Van Java dan Mall Cihampelas Walk di Kota Bandung
adalah contoh mall yang mengadopsi unsur City Walk ke dalam desain bangunan.
Meskipun keduanya memiliki sirkulasi bangunan yang bersifat terbuka sebagai
penghubung antar retail, namun konsep terbuka menurut kedua bangunan ini
berbeda. Cihampelas Walk memiliki sirkulasi yang benar-benar beratapkan langit
alami, sementara pada Paris Van Java menggunakan atap transparan sehingga
tetap terkesan terbuka. Terdapat beberapa perbedaan dan persamaan konsep pada
kedua bangunan ini, sehingga dilakukan penelitian yang lebih detail untuk
mengetahui tingkat efisiensi konsep City Walk dalam desain mall.
Salah satu faktor yang menjadi poin penting dalam penerapan konsep City
Walk pada bangunan mall yaitu tingkat kenyamanan pengunjung terhadap
sirkulasi dan penataan ruangnya. Sebagian besar pengunjung menyatakan
ketertarikannya pada mall dengan konsep City Walk lebih karena konsep sirkulasi
berupa pedestrian yang masih jarang ditemui. Perasaan nyaman pengunjung
muncul ketika harus mengitari mall besar tanpa harus merasa lelah dan jenuh. Hal
ini disebabkan oleh konsep sirkulasi yang memiliki dimensi yang lebih besar dan
dengan tatanan material alami yang memberi rasa sejuk. Meskipun mall-mall ini
meletakkan anchor pada bagian ujung bangunan, pengunjung tidak merasa lelah
dan jenuh dalam pencapaiannya, karena selain tatanan sikulasi yang menarik,
desain retail – retail penghubungnya memiliki konsep unik yang dipadu dengan
warna-warna cerah dan menarik.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1303 | T/DIG - PMA | Tesis | 711.552 2 WOY k | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain