Computer File
Dampak yang ditimbulkan dari penerapan ASEAN Open Sky terhadap perkembangan maskapai penerbangan Indonesia
Transportasi udara dalam satu dekade terakhir memasuki babak baru dengan perkembangan dan persaingan didalamnya yang semakin ketat. Semakin banyak masyarakat yang dapat menggunakan jasa angkutan ini karena pertimbangan biaya dan efisiensi waktu yang mampu bersaing dengan moda transportasi lain seperti kereta atau kapal laut. Karena perkembangan yang signifikan untuk bisnis penerbangan komersial, banyak maskapai baru yang terbentuk baik yang menggunakan konsep berbiaya murah atau tidak. Hal ini juga mendorong industri aviasi untuk berkembang dalam waktu yang cepat termasuk didalamnya teknologi pesawat, bisnis penerbangan maupun kerjasama antar negara untuk meningkatkan potensi ruang udara di wilayahnya masing-masing.
ASEAN Open Sky terbentuk sebagai langkah negara-negara di Asia Tenggara untuk menyongsong perkembangan industri penerbangan dunia, khususnya karena wilayah ini merupakan jalur potensial sebagai lalu lintas penerbangan. Dengan penerapan kebijakan ini, maskapai-maskapai ASEAN harus mempersiapkan diri untuk dapat bersaing secara terbuka. Garuda Indonesia, maskapai nasional Indonesia merupakan salah satu pihak yang akan merasakan dampaknya secara langsung.
Namun implementasi kebijakan ini menemui beberapa hambatan. Salah satu faktor terbesar adalah ketimpangan yang terjadi diantara negara-negara anggota ASEAN baik dari segi perekonomian, infrastruktur maupun dari segi pertumbuhan angkutan udara domestik. Selain itu, terdapat beberapa negara anggota yang masih belum mau menerima kebijakan ini secara terbuka. Dari sisi penerbangan domestik Indonesia (termasuk Garuda Indonesia), terjadi lonjakan arus penumpang transportasi udara yang sangat tinggi dari tahun ke tahun, namun hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas dan sistem keamanan. Apabila kebijakan Open Sky diterapkan, kekurangan ini akan menjadi semakin sulit untuk diatasi.
Metode penulisan yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data premier dan sekunder. Data premier diperoleh dengan mengadakan wawancara langsung dengan sumber yang terkait dalam kasus ini dan data sekunder adalah data yang dianalisis dari studi kepustakaan, internet dan media massa. Dalam melakukan penilitian ini, teori yang dipakai adalah teori liberalisme, regionalisme dan neorealis.
Penelitian mengungkapkan bahwa kesiapan Indonesia dalam menyongsong kebijakan ini telah dimulai namun belum memasuki tahap final. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, dibutuhkan waktu dan berbagai peningkatan baik dari pihak pemerintah, maskapai maupun masyarakatnya sendiri. Secara keseluruhan, Garuda Indonesia tergolong sudah siap untuk bersaing dalam liberalisasi ini dengan berbagai macam langkah yang telah dilakukan oleh maskapai.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp27566 | DIG - FISIP | Skripsi | HI YUN d/13 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain