Computer File
Peran Indonesia dalam Manajemen Konflik Kepulauan Spratly dan Paracel Melalui Keanggotaannya di ASEAN
Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut China Selatan menjadi ancaman bagi stabilitas perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara akibat persengketaan yang sudah terjadi selama puluhan tahun. Konflik ini melibatkan 4 negara anggota ASEAN yakni Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei, serta Republik Rakyat China dan Taiwan. Persengketaan tersebut diakibatkan klaim yang bersifat tumpang tindih dan letak strategis perairan Laut China Selatan kaya akan minyak, gas alam dan keanekaragaman hayati.
Indonesia sebagai pendiri dan anggota aktif ASEAN merasa bahwa konflik yang telah berlangsung lama tersebut sangat mengancam stabilitas dan integrasi Asia Tenggara. Ketakukan Indonesia mendorong perannya dalam manajemen konflik tersebut, melalui pengadaan Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selatan sejak tahun 1990. Lokakarya tersebut adalah bentuk resolusi konflik interaktif yang mengandalkan diplomasi Jalur-II, yang diharapkan dapat mendorong adanya kerjasama teknis dan membangun kepercayaan satu-sama lain (Confidence Building Measures). Indonesia turut aktif dalam menjalankan diplomasi Jalur-1 nya secara bilateral terhadap negara-negara yang bersengketa, maupun dalam forum multilateral seperti dalam pertemuan-pertemuan ASEAN dan East Asia Summit. Diplomasi Indonesia dalam upaya mengelola konflik Laut China Selatan melalui keanggotaanya di ASEAN terbukti menghasilkan Panduan Pelaksanaan Kode Perilaku di Laut China Selatan pada tahun 2011, 6 Butir Proposal Mengenai Laut Cina Selatan, dan Draft Kode Perilaku di Laut Cina Selatan.
Kata Kunci : Manajemen Konflik, ASEAN, Indonesia, Resolusi Konflik Interaktif
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp28316 | DIG - FISIP | Skripsi | HI SAR p/14 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain