Computer File
Studi kelayakan pada proyek kilang minyak X
Pertumbuhan ekonomi yang melaju dengan cepat membutuhkan dukungan
dari berbagi sektor, dimana penyediaan BBM sangat vital bagi kelangsungan
pembangunan. Dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun membuat
permintaan akan BBM meningkat hingga 2.41 kali lipat pada tahun 2005.
Untuk mengantisipasinya telah dilakukan berbagai usaha, yang utama adalah
mengajak pihak swasta dalam pemenuhan kebutuhan BBM. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan dana pemerintah dimana pinjaman luar negeri sudah begitu besar hingga
proyek-proyek minyak sudah tidak lagi masuk ke dalam daftar skala prioritas proyek.
Namun disisi lain pihak swasta juga mengalami kendala untuk masuk ke
bisnis penyediaan BBM. Hal ini dikarenakan harga jual BBM yang sudah ditentukan
pemerintah dan bukan berdasarkan pasar, yang akan menyulitkan dalam menghitung
keekonomisan proyek. Selama ha! ini belum dituntaskan maka untuk mengharapkan
pihak swasta dalam penyediaan BBM di tanah air akan sulit terrealisasi.
Pemerintah melalui PERTAMINA telah mengupayakan untuk meningkatkan
produksi pengolahan minyak bumi melalui berbagai cara, salah satunya adalah
dengan melakukan kegiatan modifikasi kilang "X". Kegiatan ini merupakan salah
satu solusi terbaik mengingat besarnya dana untuk membangun kilang baru.
Salah satu kilang yang akan dimodifikasi adalah kilang minyak "X", dimana
keunikan dari proyek ini adalah seluruh pembiayaan proyek akan dilunasi dengan
menjual minyak mentah lokal (Minas) dan membeli minyak mentah Timur Tengah.
Perbedaan harga jual minyak mentah yang menguntungkan Indonesia ini didasarkan
atas jumlah kadar sulfur dalam minyak mentah. Dan minyak mentah lokal kita
berkadar sulfur rendah yang membuat tingginya harga jual minyak mentah kita.
Dengan menjual crude Minas dan membeli crude Timur Tengah yang
berkadar sulfur tinggi yang tentu harganya lebih murah akan didapat selisih harga
yang mengutungkan. Dengan digunakannya crude Timur Tengah maka dibutuhkan
penyesuaian pada kilang minyak, yang tentunya membutuhkan dana besar dalam
investasi dan juga peningkatan biaya operasional. Namun baik biaya investasi dan
tambahan biaya operasional ini mampu dibiayai oleh differensial harga minyak
mentah bahkan masih memberikan keuntungan.
Memang cadangan minyak bumi kita semakin menipis dan diperkirakan akan
habis pada tahun 2003. Tetapi paling tidak differensial harga ini sudah mampu
membiayai proyek. Modifikasi kilang memang harus dilakukan karena habisnya
cadangan minyak kita sehingga cepat atau lambat kita akan mengolah crude Timur
Tengah yang membutuhkan pemodifikasian kilang yang ada.
Dana investasi yang diperlukan untuk proyek ini sebesar US$ 327 juta,
dengan payback period 3,73 tahun dan IRR 20.14%. Kedua angka ini dibandingkan
dengan 6 tahun (mulai beroperasinya kilang hingga habisnya minyak bumi Indonesia
ll
di tahun 2003) untuk payback period, dan bunga pinjaman komersial luar negeri 10%
untuk IRR-nya. Dan akan lebih ekstrim lagi jika proyek dibandingkan dengan
rencana semula, yaitu memodifikasi kilang namun tetap menggunakan crude Minas
sebagai feedstock, yang merugi setiap tahunnya sebesar US$ 8 juta.
Maka dilihat dari angka-angka diatas dapat disimpulkan bahwa Proyek
Modifikasi Kilang "X" layak untuk dilakukan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skpsc75 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain