Computer File
Pengaruh jenis pelarut, rasio f:s, dan temperatur terhadap rendemen, yield, intensitas warna oranye, dan kualitas dalam proses ekstraksi zat warna alami dari biji alpukat
Alpukat merupakan salah satu buah yang mempunyai daya jual tinggi. Buah alpukat banyak dltemukan di daerah tropis karena adanya kecocokan iklim yang membuat buah alpukat dapat tumbuh dengan baik. Buah alpukat berasal dari meksiko selatan dan penyebarannya telah mencapai di Indonesia. Pada tahun 2011, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai penghasil alpukat terbanyak setelah Meksiko, Cile, dan Republik Dominika. Pada umumnya, masyarakat hanya mernanfaatkan daging buah aLpukat saja, sementara bagian lain seperti biji aipukat jarang sekali dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah yang terbuang sia-sia. Kandungan-kandungan yang terdapat daJam biji alpukat memiliki banyak manfaat dan salah satu di antaranya adalah sebagai sumber pewarna alami pada makanan yang aman untuk dikonsumsi, di mana zat warna yang dihasilkan leh biji alpukat adalah zat warna oranye. Keberadaan pewarna alami dalam industri pangan yang kini semakin diakui dalam masyarakat, memicu dibutuhkannya eksplorasi lebih lanjut mengenai sumber pewarna alami seperti zat warna dari biji alpukat. Isolasi zat warna lni dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh variasi pelarut, temperatur dan ra io F:S dalam proses ekstraksi terhadap persentase rendemen, yield dan intensitas warna oranye dari proses ekstraksi zat warna pada biji alpukat. lnteraksi antara variasl pelarut, temp ratur, dan rasio F:S dalam proses ekstraksi zat warna dari biji alpukat juga turut dipelajari. Intensitas zat warna biji alpukat diukur terhadap beberapa pengaruh, seperti: kadar air, kadar gula, pH, oksidator, dan lama pemanasan. Metode penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu tahap perlakuan awal bahan tahap penelitian pendahuJuan, penelitian utama, dan analisis hasil penelitian. Ekstraksi dilakukan secara batch menggunakan variasi tiga jenis pelarut yaitu air 01, etanol (95%) dan metanol dengan pengadukan. Penelitian pendahuluan meliputi ekstraksi soxhlet, penentuan panjang gelombang maksimum zat warna dan penentuan kurva tandar zat warna dengan pelarut air DI, kemudian selanjutnya pemisahan ekstrak dari pelarutnya dilakukan dengan evaporator vakum. Proses ekstraksi dilakukan dengan variasi temperatur pada 25°C, 40°C, dan 60°C, serta rasio F:S sebesar 1:7,1:9,1:11,1:14, dan 1:16. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan tiga factorial. Analisis kadar air intensitas warna oranye kadar gula, pH oksidator secta lama pemanasan dilakukan dengan mengukur absorbansinya pada spektrotbtometer UV- Vis. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pelarut, rasio F:S , dan temperatur berpengaruh terhadap rendemen yield, dan intensitas warna oranye dari ekstrak zat warna biji lpukat. lnteraksi antara ketiganya jenis pelarut, rasi F:, dan temperatur) berpengaruh terhadap rendemen yield, dan intensitas zat warna oranye dari ekstrak zat warna biji alpukat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan yield maksimum diperoleh pada temperatur ekstraksi 25°C dan rasio F:S (1:9) pada k tiga jenis pelarut yang digunakan. Hasil rendemen maksimum pelarut etanol (95%) adalah 19 91% peJarut ak Dl adalah 15,12%, dan pelarut metanol adalah 14,50%. Intensitas warna oranye terbaik dihasilkan oleh pelarut ak 01 pada temperatur 60°C dengan rasio F:S (1:16). Kadar gula, pH, oksidator dan lama pemanasan mempengaruhi stabilitas zat warna biji alpukat dengan menunjukkan perubahan absorbansi zat warna.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp29280 | DIG - FTI | Skripsi | TK KEN p/14 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain