Computer File
Ruang berkumpul publik dalam kaitan dengan faktor sosio-psikologis kaum muda Kota Bandung : studi kasus pelataran restoran McDonald's - Plaza Bandung Indah
Menurut para bijak, hakikat eksistensi sesuatu di dunia ini terdiri
dari "wadah" dan "isi atau yang diwadahi". Demikian pertautan di antara
keduanya menghasilkan ruang. Dalam ajaran Tao terdapat ungkapan
"dari tiada menjadi ada"; ketiadaan-yang sesungguhnya secara fisik
ada-itulah yang disebut ruang. Louis Kahn berpendapat bahwa:
"Arsitektur berarti menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar
direncanakan dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang
berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari pengubahan
konsep-konsep ruang."
Hakikat ilmu arsitektur sebenarnya adalah harmonisasi dua hal
yang paradoksal yaitu "the unity of the opposites" antara bentuk atau
massa dan ruang; pada prinsipnya arsitektur adalah gubahan massa dan
ruang. Dapat dikatakan bahwa benang merah dari semua teori tentang
arsitektur adalah massa dan ruang serta proses penciptaannya.
Arsitektur perkotaan atau urban architecture sebagai salah satu
bidang spesialisasi di dalam disiplin arsitektur juga mengandung muatan
dasar yang sama. Di dalam urban architecture, komponen fisik pembentuk
suatu ruang kota dapat dibedakan ke dalam dua hal yang esensial dan
fundamental, yaitu "square dan street"
Dengan tidak mengecilkan arti massa atau bentuk dalam arsitektur
perkotaan, penulis ingin lebih memfokuskan penulisan skripsi ini kepada
isu ruang tempat berkumpul di kota, dalam hal ini tentunya bersifat publik.
Penulis memilih untuk menekankan penulisan skripsi ini kepada "square"
daripada masalah lain karena adanya kenyataan dewasa ini munculnya
suatu fenomen perkotaan dan gaya hidup yang ikut berkembang-di
Indonesia pada umumnya dan di Bandung pada khususnya. Fenomen ini
berkisar seputar perubahan perwajahan kota yang antara lain disebabkan
oleh maraknya outlet-outlet restoran waralaba di kota-kota besar
termasuk kota Bandung.
Sebagaimana kota dan perilaku gaya hidup masyarakat perkotaan
selalu berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban, dengan
sendirinya hal tersebut merupakan topik pembahasan yang selalu
berubah dan berkembang pula. Tak pelak lagi bahwa perancangan ruang
perkotaan pun bersifat bi-implikatif dan inheren dengan perilaku
masyarakat pengguna atau penikmatnya; pola perencanaan ruang kota
mempengaruhi pola kehidupan masyarakatnya, dan sebaliknya.
Sebagai konsekuensi logis corak perancangan dan penataan
perkotaan yang inheren dengan masyarakat kota itu sendiri, maka proses
tersebut seyogyanya memperhatikan aspek-aspek sosial yang sudah
familiar dan popular dengan masyarakat di situ. Di samping itu, karena
pembahasan mengenai perilaku manusia terkait langsung dengan faktor
kejiwaannya maka logis pula pemautan atau linkage dan pelibatan aspek
psikologis di dalamnya.
Melalui ·upaya ini, penulis berharap kiranya menemukan beberapa
hal yang dapat menjadi masukan yang berguna dalam setiap
perencanaan dan perancangan ruang berkumpul publik kota Bandung
yang sesuai dengan kondisi sosial setempat dalam rangka
mengusahakan penataan tata ruang kota Bandung yang konsisten dan
terkendali.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skpsc338 | DIG - FTA | Skripsi | ARS TRI r/97 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain