Computer File
Keragaman relasi, semangat tempat, naluri religiositas primordial dan tras-gender arsitektur gereja Pohsarang : Sebuah kajian fenomenologis = Plurality of relations, spirit of the place, promordial religiosity and trans-gender of Pohsarang Church's architecture : A phenomenological approach
Tempat menjadi signifikan ketika mereka bermakna. Keberlanjutan suatu tempat
biasanya tergantung juga pada keberlanjutan makna tertentu. Semakin signifikan makna
ini bagi masyarakat, semakin besar peluang sebuah bangunan dapat bertahan. Gereja
Katolik Pohsarang di Kediri, Jawa Timur adalah salah satu yang menampilkan fenomena
kebertahanan dan hidup di tengah masyarakat di sekitarnya.
Gereja ini dibangun dan dirancang oleh seorang arsitek Belanda, Henricus
Macleine Pont pada 1936 seperti yang diminta oleh Pastor H. Wolters, CM. Pont
mengijinkan masyarakat setempat berpartisipasi selama proses pembangunan dengan
menggunakan material dan keahlian lokal. Kolaborasi segitiga antara sang arsitek, sang
missionaris dan masyarakat setempat menghasilkan sebuah gubahan lokal yang
fenomenal karena pembangunan ini bukan hanya persoalan membangun bangunan, tapi
juga bagian dari pembangunan masyarakat.
Sebagai sebuah entitas, gereja Pohsarang menampilkan fenomena yang menarik
seperti: menunjukkan sintesis unik dan orisinil yang mengelaborasi konstruksi modern
dengan material lokal; dibangun sebelum Konsili Vatikan 2 sehingga elaborasi dengan
budaya lokal saat itu belum disarankan oleh Gereja; bangunan ini bertahan meski
mengalami beberapa kali renovasi; menunjukkan budaya lokal Hindu Jawa dalam
gubahannya; dan bangunan ini hiduptidak terpisahkan dari keseharian masayarakat
setempat dan menarik ribuan peziarah dari seluruh Indonesia. Berdasarkan fenomena ini,
dilakukanlah sebuah penelitian fenomenologis untuk menjelaskan secara komprehensif
realitas keberadaan gereja ini dengan menemu kenali pengalaman-pengalaman yang
dialami dalam berbagai kualitas relasi antara gereja ini dengan lingkungannya.
Tidak menemukan kebertahanan dalam pengertian mempertahankan orisinalitas
substansial dari bangunan ini, penelitian ini justru menemukan adanya perubahan
anatomis dan pergeseran makna dalam relasi interaktif antara masyarakat dan gereja ini.
Gereja yang awalnya memiliki anatomi maskulin telah berubah menjadi lebih feminin;
yang awalnya “yang” telah berubah menjadi “yin”. Oleh sebab itu fenomena ini disebut
fenomena perubahan orientasi gender.
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan secara komprehensif bukti teraga dan tak
teraga dari fenomena perubahan orientasi gender bangunan ini terkait dengan konteks geo
natural Jawa Timur, konteks historis dari tempat tersebut, konteks sosio-kosmik dan
kepercayaan masyarakat di sekitarnya.Apa saja yang berubah dari “pria” ke “wanita”?
Mengapa ini terjadi? Jawabannya terletak pada konteks tempat. Pada akhirnya penelitian
ini menjelaskan besarnya peran aspek tak teraga dalam membuat bangunan yang
signifikan dan bertahan. Aspek tak teraga ini merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan oleh arsitek dalam merencanakan bangunan.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
dis170 | D/DIG - PDA | Disertasi | 726.092 KUS k | Perpustakaan (PDF) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain