Computer File
Sintesis karbon aktif dari kulit salak dengan aktivasi kimia-senyawa ZnCI2 sebagai adsorben proses adsorpsi zat warna metilen-biru
Karbon aktif dari kulit salak telah berhasil disintesis dengan agen pengaktivasi
ZnCl2. Pada penelitian ini dipelajari (1) pengaruh rasio massa kulit salak terhadap ZnCl2
(1:1, 1:2, dan 1:4) dan (2) pengaruh konsentrasi zat impregnan (10, 15, dan 20%w) pada
tahap aktivasi terhadap karakteristik karpon aktif dan rendemen karbon aktif yang
diperoleh. Pada tahapan sintesis, pertama-tama kulit salak diberi perlakuan awal,
diimpregnasi dengan agen pengaktivasi ZnCl2 dengan rasio massa dan konsentrasi tertentu,
dikarbonisasi pada temperatur 700°C pada kondisi atmosfer nitrogen, dicuci dengan HCl
dan air, dan akhirnya dikeringkan dalam oven. Karbon aktif yang diperoleh pada tahap
karbonisasi memiliki bentuk padatan keras sehingga sebelum dicuci karbon aktif ini
dihancurkan terlebih dahulu.
Hasil analisa adsorpsi nitrogen menunjukan bahwa karbon aktif dari kulit salak
tergolong mikropori dan mesopori serta mengikuti kurva adsorpsi-desorpsi IUPAC tipe I
dan IV. Hasil analisa BET menunjukan bahwa luas area permukaan, volume pori, dan
diameter pori dari karbon aktif akan cenderung meningkat seiring meningkatnya rasio
massa ZnCl2 terhadap kulit salak. Konsentrasi sendiri tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap diameter pori dan volume pori dari karbon aktif, namun luas area
permukaan karbon aktif akan meningkat seiring meningkatnya konsentrasi zat impregnan
hingga 15%, kemudian luas permukaan karbon aktif tersebut cenderung konstan.
Berdasarkan besar luas area permukaannya, karbon aktif terbaik, dengan luas area
permukaan sebesar 1437,97 m2/g, total volume pori 1,66 cc/g, dan diameter pori 57,53 A,
berhasil diperoleh pada rasio kulit salak: ZnCl2 1:4, dan konsentrasi impregnasi 15%. Baik
konsentrasi impregnan maupun rasio massa kulit salak terhadap ZnCl2 tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap rendeman yang diperoleh, yaitu 24,67% untuk setiap
variasi.
Karbon aktif yang diperoleh dari kulit salak kemudian digunakan untuk adsorpsi
zat wama metilen biru variasi konsentrasi (10, 20, 30, 40, dan 50 ppm). Hasil adsorpsi ini
kemudian dianalisa menggunakan model isotermal adsorpsi Langmuir, Freundlich,
Tempkin, dan Dubinin-Radushkevich serta model kinetika adsorpsi pseudo orde 1, pseudo
orde 2, dan intraparticle diffusion. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa model
isotermal adsorpsi terbaik yang dapat mewakili kesetimbangan adsorpsi adalah model
isotermal Langmuir. Model kinetika adsorpsi yang paling tepat dalam menggambarkan
proses adsorpsi yang berlangsung adalah model kinetika pseudo orde 2.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
karbon aktif dari kulit salak dapat digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan zat
wama pada air, khususnya zat wama metilen biru.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp30524 | DIG - FTI | Skripsi | TK TAN s/15 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain