Computer File
Peran pengukuran waktu baku untuk mengurangi keterlambatan proses digital printing mika di Acoy Sablon, Bandung
Perusahaan sablon tas di Indonesia umumnya membuat sablon tas untuk anak-anak sekolah
dasar (SD). Dengan teknologi yang semakin berkembang, jenis sablon pun semakin beragam
dan persaingan semakin ketat. Selain teknologi, pelayanan yang baik, dan cepat diharapkan
membuat perusahaan sablon bertahan. Perusahaan Acoy Sablon memulai usaha di bidang
industri sablon pada tahun 1985, memilih menggunakan mesin sublimasi dan digital printing
pada Juni 2014.
Selama ini, pemilik perusahaan tidak melakukan penjadwalan untuk menetapkan
kapan pesanan akan selesai. Pemilik perusahaan menentukan tanggal jatuh tempo sekitar 5
sampai 10 hari, tergantung pada banyak pesanan dan apakah pada saat itu pesanan sedang
banyak atau tidak. Jika pesanan masih banyak sedangkan waktu tidak mencukupi, maka
pemilik akan menetapkan kerja lembur agar dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Dengan cara tersebut selama periode Juni 2014 sampai Desember 2014, perusahaan
mengalami keterlambatan sebanyak 36 kali dengan keterlambatan pengiriman terbesar
adalah 10 hari dan keterlambatan paling sering adalah 2 dan 4 kali sebanyak 9 kali. Jarak
waktu dari tanggal pesanan sampai tanggal jatuh tempo terlama selama periode Juni 2014
sampai Desember 2014 adalah 18 hari.
Untuk mengetahui kapasitas yang dimiliki perusahaan, maka dilakukan pengukuran
menggunakan stopwatch untuk mengetahui waktu masing-masing proses, menentukan faktor
penyesuaian dengan menggunakan Cara Westinghouse, menghitung waktu normal,
menentukan faktor kelonggaran dengan menggunakan tabel besarnya kelonggaran,
menghitung waktu baku semua proses, dan menghitung kapasitas. Kapasitas yang dimiliki
perusahaan dengan 5 orang karyawan adalah 360 unit/hari pada hari Senin – Jumat dan 292
unit/hari pada hari Sabtu.
Setelah mengetahui kapasitas, maka dilakukan perhitungan penjadwalan usulan
dengan menggunakan metode first come first served (FCFS). Terdapat 2 penjadwalan yang
diusulkan dengan jumlah keterlambatan dan jatuh tempo yang berbeda-beda selama periode
Juni 2014 sampai Desember 2014. Pada penjadwalan FCFS (1), memiliki keterlambatan 2
kali dari 49 pesanan dengan keterlambatan pengiriman terbesar adalah 2 hari, dan
keterlambatan paling sering adalah 1 hari dan 2 hari sebesar 1 kali. Jarak waktu dari tanggal
pesanan sampai tanggal jatuh tempo terlama adalah 50 hari. Pada penjadwalan FCFS (2)
dengan ketentuan tanggal jatuh tempo memiliki keterlambatan 16 kali dari 49 pesanan
dengan keterlambatan pengiriman terbesar adalah 12 hari, dan keterlambatan paling sering
adalah 2 hari dan 4 hari sebesar 4 kali. Jarak waktu dari tanggal pesanan sampai tanggal
jatuh tempo terlama adalah 20 hari.
Kedua penjadwalan usulan dengan metode FCFS masih belum bisa mengatasi
masalah keterlambatan dalam penjadwalan perusahaan. Oleh karena itu, dilakukan
penjadwalan kembali, namun dengan kapasitas baru yang didapat dari usulan penggunaan
shift dari jam 18.00 – 22.00 dan menghasilkan 540 unit/hari pada hari Senin – Jumat,
sedangkan pada hari Sabtu kapasitas yang digunakan adalah 292 unit. Pada penjadwalan
dengan usulan kapasitas baru selama periode Juni 2014 sampai Desember 2014 memiliki
keterlambatan hanya 7 kali dari 49 pesanan dengan keterlambatan pengiriman terbesar
adalah 2 hari, dan keterlambatan paling sering adalah 1 hari sebesar 6 kali. Jarak waktu dari
tanggal pesanan sampai tanggal jatuh tempo terlama adalah 13 hari. Dengan menggunakan
shift dan menggunakan kapasitas sebesar 540 unit, maka dapat mengurangi keterlambatan
yang terjadi di perusahaan. Disarankan perusahaan menambahkan kapasitas menjadi 540
unit/hari dengan penggunaan shift.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp32532 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ SEL p/16 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain