Computer File
Perpaduan bentuk arsitektur Kampung Kulitan di Semarang
Dalam suatu kompleks lingkungan binaan hampir selalu dipengaruhi oleh budaya atau memengaruhi budaya yang terdapat pada lokasi di mana lingkungan binaan itu berdiri, sehingga menjadikan sebuah ciri dari kompleks lingkungan binaan itu sendiri. Hubungan pertalian antara lokasi dan sebuah karya arsitektur sangatlah erat dan sulit untuk dipisahkan, karena suatu kompleks lingkungan binaan tidak dapat lepas dari budaya, norma, nilai-nilai yang melekat pada lokasi tersebut. Nilai lokalitas yang terdapat dalam perancangan suatu kompleks arsitektur sangat memengaruhi makna dan identitas suatu kompleks binaan tersebut. Kota-kota di Pantai Utara Jawa memiliki sejarah kebudayaan yang panjang. Pantai Utara Jawa sendiri telah menjadi pusat perekonomian internasional sejak lebih dari 500 tahun yang lalu. Didukung oleh akses yang mudah ke jalur perdagangan internasional antara Cina - India/Arab, pusat-pusat perdagangan tumbuh di Pantai Utara Jawa semenjak zaman Majapahit. Selepas kejayaan Majapahit, tepatnya pada masa jaya Kerajaan Demak, kota-kota pesisir seperti Semarang, Demak, Pati, Rembang, Juana dan Lasem menjadi pusat perdagangan internasional. Seiring dengan berjalannya waktu, pusat perdagangan ini semakin berkembang ke arah Barat, mulai dari Pekalongan, Tegal, sampai ke Cirebon, Sunda Kelapa, bahkan Banten. Kota Semarang adalah bekas kota pelabuhan pada jaman dahulu sehingga banyak orang berdatangan dan bermukim di sekitar pelabuhan, oleh karena itu terdapat kawasan - kawasan tertentu, seperti Ghina Town, kampung Arab Petolongan, dan beberapa kampung asli, seperti Kampung Kulitan di Jalan Mataram, Kampung Gandekan Jalan Mataram, Kampung Bustaman juga di Jalan Mataram, Kampung Bugis, dan Kampung Melayu. Kampung Kulitan yang terletak di jalan M.T. Haryono, dalam kota Semarang ini adalah merupakan kampung asli yang terkenal dengan keseniannya seperti batik semarangan. Kawasan Kampung Kulitan ini merupakan salah satu kawasan yang patut dilestarikan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sebagai arsitek, kita sebaiknya memiliki kesadaran untuk menelaah dan menelusuri sejarah untuk melestarikan sejarah itu sendiri. Bangunan yang ada pada Kampung Kulitan memiliki akulturasi kebudayaan antara kebudayaan Jawa Tengah, kebudayaan Cina dan kebudayaan Melayu. Skripsi ini juga berupaya untuk menganalisa dan menalar pengaruh kebudayaan Jawa, Melayu dan Cina. Oleh karena itu, pembahasan yang berdasarkan pada beberapa teori seperti teori akulturasi yang dilengkapi dengan teori-teori dasar budaya Melayu, Jawa dan Cina. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami perpaduan antara budaya yang menghasilkan ciri khas pada kompleks bangunan tersebut. Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai akulturasi atau perpaduan budaya dalam arsitektur.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skpsc403 | DIG - FTA | Skripsi | ARS STEFA2 p/08 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain