Computer File
Transformasi bangunan pendidikan karya Rancang Budiman Hendropurnomo terhadap arsitektur modern
Arsitektur modern merupakan momentum dalam perkembangan arsitektur yang oleh
Reyner Banham (1975) dikatakan sebagai titik dimana arsitektur sudah mendapatkan semua yang
dibutuhkan. Bahwa semua arsitektur yang lahir setelah arsitektur modern hanya perlu
mengembangkannya, karena dasar-dasar fundamental dari arsitektur itu sendiri sudah diperoleh.
Arsitektur modern akhirnya menjadi induk preseden pembentukan arsitektur di masa setelah nya
hingga masa kini. Membuka banyak kemungkinan baru yang terus menerus berevolusi pada jaman
dengan tetap bersandar pada pembelajaran arsitektur modern. Pada akhirnya, arsitektur modern
tidak hanya menjadi preseden, tetapi dalam eksekusinya juga dilakukan transformasi.
Fungsionalitas menjadi hal utama dalam berbicara mengenai arsitektur modern dan melihatnya
sebagai induk preseden dan transformasi. Tetapi dalam hal bentuk lah, sebuah bangunan dapat
diidentifikasi transformasi nya terhadap bangunan lain.
Melihat dari karakteristik arsitektur modern dengan bentuk yang bersih, formal, dan
merupakan bentuk dasar murni, hal ini membawa petunjuk kepada bangunan karya rancang
Budiman Hendropurnomo. Karya rancang Budiman Hendropurnomo seringkali tersusun atas
komposisi bentuk dasar murni yang formal dan bersih, seperti balok vertikal dan horisontal,
ataupun kubus. Membawa penglihatan bahwa arsitektur Budiman Hendropurnomo di DCM
Jakarta merupakan transformasi terhadap arsitektur modern. Fenomena tersebut menjadi menarik
untuk diteliti lebih lanjut dengan didasarkan pada tipologi fungsi serupa, arsitektur Budiman
Hendropurnomo sebagai hasil transformasi (Binus Alam Sutera, Binus Malang, UMN) dan
arsitektur modern sebagai asal transformasi (Bauhaus Dessau) yaitu pendidikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami transformasi bangunan karya rancang
Budiman Hendropurnomo terhadap arsitektur modern, yang dapat lebih dicermati secara tepat
melalui fungsi yang serupa. Karena melalui fungsi lah, arsitektur modern mengawali pembentukan
bentuk nya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-komparatif
melalui persandingan objek arsitektur modern dan arsitektur Budiman Hendropurnomo. Analisis
dilakukan melalui 7 aspek pemahaman bentuk (Plan, Geometry, Generating Lines, Mass, Surface,
Rhythm, Harmony) oleh G.H.Baker (1996) yang diambil dari penjabaran Le Corbusier dalam
mendefinisikan arsitektur modern. Serta persandingan tiap-tiap transformasi yang terjadi untuk
melihat strategi transformasi sesuai Anthony C.Antoniades (1990) dan dinamika transformasi nya.
Hasil yang ditemukan adalah bahwa proses transformasi yang terjadi memiliki
pendekatan yang masing-masing berbeda. Strategi transformasi yang digunakan dalam langkah
transformasional Budiman Hendropurnomo adalah strategi dekomposisi/dekonstruksi terkait yang
paling banyak diidentifikasi. Ketiga objek Budiman Hendropurnomo mengalami transformasi
perbesaran skala secara horizontal dan vertical membentuk podium dan tower melalui elemen
dasar blok fungsional. Binus Alam Sutera dan Binus Malang masih memperlihatkan petunjuknya
terhadap Bauhaus, sementara UMN menghasilkan bentuk yang sama sekali berbeda. Transformasi
yang terjadi terhadap arsitektur modern sangat berkaitan erat dengan perbedaan jaman yang terjadi
antara objek di masa sekarang dan arsitektur modern. Sehingga faktor-faktor pengaruh
transformasi nya memiliki hubungan yang kuat dengan rentang waktu perkembangan teknologi
beserta kebudayaan dan ideologi, tidak hanya terhadap konteks perancangannya saja.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp42684 | DIG - FTA | Skripsi | ARS-STEFA3 SEB t/22 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain