Computer File
Struggle of the restricted : Japan’s strategic approach towards China’s assertiveness in the South China Sea
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami alasan Jepang di balik strategi
balancing sekaligus menyelidiki metode balancing yang diambil oleh Jepang di
dalam aliansinya untuk menyikapi permasalahan di Laut Tiongkok Selatan.
Keterbatasan proyeksi kekuatan dan militer Jepang sejak pasca Perang Dunia
Kedua meninggalkan jejak hingga saat ini, termasuk postur keamanan yang hanya
mampu bersikap defensif. Pada waktu yang sama, terjadi peningkatan sikap asertif
oleh Tiongkok terhadap wilayah-wilayah penting Jepang – termasuk Laut Tiongkok
Selatan – yang perlu ditindaklanjut. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan “bagaimana Jepang menyikapi peningkatan sikap asertif
Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan di tengah limitasi proyeksi kekuatan?”. Teori
balance of threat yang digunakan sebagai unit analisis utama mampu
mengafirmasi keputusan Jepang untuk melakukan balancing terhadap Tiongkok
dibandingkan bandwagoning melalui analisis tingkat ancaman dan prasyarat
untuk melakukan external balancing. Secara singkat, Jepang menganggap
Tiongkok sebagai ancaman terhadap kedaulatan teritori dan tujuan nasionalnya.
Sehingga, di bawah kepemimpinan Abe, Jepang menyiasati untuk melakukan
external balancing terhadap Tiongkok dengan memperkuat aliansinya dengan
Amerika Serikat dan mendekati negara-negara Asia Tenggara.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp42962 | DIG - FISIP | Skripsi | HI DHA s/22 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain