Text
Keagenan Perempuan pada Krisis Iklim : Dekolonisasi Metode Feminis
Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan keterhubungan antara pemajuan keagenan perempuan dan kelompok rentan dengan
perubahan tren penelitian sosial menuju dekolonisasi metode feminis. Saat ini, kita menghadapi disrupsi situasi sosial-politik sebagai
dampak krisis iklim global. Komunitas subaltern yang kerentan secara interseksional, mulai meredefinisikan pengalaman mereka
dalam krisis ini. Resiliensi konkret mereka sangatlah genuine, inovatif, kreatif, dan mampu menjaga kelangsungan hidup mereka secara
laten dan berkelanjutan. Perhatian kita selayaknya menuju ke arah upaya sederhana komunitas membebaskan diri dari “ketertindasan
kekuatan global”. Penelitian dilakukan di dua desa Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEE) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yakni: Desa
Wringinputih dan Kedunggebang. Kerangka pendekatan yang digunakan adalah feminis poskolonial dan mengaplikasikan metode
ekologi politik feminis (FPE). Fieldwork mengadopsi diskusi kelompok, fieldtalk, dan observasi partisipatif. Keraguan perempuan dan
komunitas marginal akan agensi mereka pada resiliensi krisis iklim menjadi tantangan bagi para feminis peneliti. Apabila peneliti
feminis mampu mendeklarasikan pengakuan dari pemikiran kelompok marginal sebagai respons terhadap krisis iklim, maka kemajuan
sudut pandang tata kelola lanskap hutan (FLG) menjadi sebuah keniscayaan. Pengakuan terhadap metode feminis poskolonial pada
FLG menjadi novelti dari artikel ini, atau terjadi dekolonisasi pengetahuan dan metode untuk isu FLG.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
art144164 | null | Artikel | Gdg9-Lt3 | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain