Text
Membangun masyarakat inklusif-pluralis melalui dialog kultur antara Katolik dan Muslim di Dusun Susuru desa Kertayasa Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis
Dialog antarumat beragama merupakan salah satu bentuk penerimaan pluralitas agama Sejarah Gereja Katolik mencatat bahwa Konsili Vatikan II merupakan titik tolak hidup Gereja yang dialogis. Semangat dialogis antara Katolik dan Islam tertuang dalam beberapa dokumen yang dihasilkan dan terus berkembang hingga sesudahnya. Sebagai agama rahmatan Iii alamin, agama Islam pun telah mengembangkan semangat dialogis dengan agama Katolik melalui berbagai bentuk dialog antarumat beragama.
Dusun Susuru adalah salah satu wujud semangat dialogis antara Katolik dan Muslim. Dusun ini telah mampu menampilkan potret masyarakat inklusif-pluralis melalui dialog kultur. Kekerabatan, kultur, ekonomi dan pendidikan merupakan faktor-faktor penunjang terwujudnya dialog kultur di dusun ini. Kemampuan Dusun Susuru menampilkan potret masyarakat yang rukun, damai dan tentram bukan dilandasi oleh dogma-dogma dan fiqih keagamaan tetapi oleh nilai-nilai kemanusiaan, karena nilai-nilai kemanusiaan lebih penting dari pada formalisme ritual keagamaan.
Penerimaan pluralitas agama tidak cukup berhenti demi kerukunan, kedamaian, ketentraman, toleransi dan keselarasan hidup bersama melalui dialog antarumat beragama, tetapi harus didasarkan pada pemahaman teologis bahwa Tuhan menjadi lebih kaya oleh beragamnya agama. Dengan demikian semua bentuk monopoli kebenaran perlu dipertanyakan. Institusi harus dikembalikan pada perannya sebagai sarana mendekatkan pada yang Transenden melalui dialektika kreatif, sharing dan encounter.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes599 | T/DIG - PMIT | Tesis | 261.2 SUG m | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain