Computer File
Analisis korelasi reputasi penjamin pelaksana emisi dengan underpricing pada initial public offering
Salah satu cara perusahaan mendanai usahanya adalah dengan memasuki
pasar modal. Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh sebuah private firm untuk: memperoleh kapital melalui pasar modal. Beberapa penelitian sebelumnya, seperti yang telah dilakukan oleh Ibbotson (1975) dan Ritter (1984), menunjukkan kecenderungan yang signifikan bahwa harga perdana efek yang ditawarkan secara rata-rata underpriced. Saham pada penawaran perdana (IPO) biasanya ditawarkan di bawah harga pasarnya sebagai kompensasi atas risiko yang harus ditanggung oleh initial investors. Semakin tinggi tingkat risiko suatu saham, semakin besar kompensasi berupa initial return. Setelah saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder, harga saham akan berubah mengikuti mekanisme pasar hingga akhirnya diperoleh harga pasarnya. Rendahnya harga saham pada saat perusahaan melakukan IPO memberikan kesempatan bagi investor untuk meraih keuntungan di pasar sekunder dengan mendapatkan return (actual return) yang lebih besar daripada return yang seharusnya (expected return), yang lebih dikenal dengan sebutan abnormal return.
Penelitian yang dilakukan bergantung pada fakta yaitu walaupun secara
rata-rata harga saham setelah IPO naik, namun cukup banyak terjadi penawaran-penawaran yang mengalami penurunan harga dibandingkan harga perdana setelah saham-saham tersebut diperdagangkan di bursa. Seorang investor yang melakukan pemesanan sebuah saham tidak dapat memastikan nilai saham tersebut di masa depan ketika mulai diperdagangkan. Ketidakpastian harga saham ini disebut dengan ex ante uncertainty.
Penelitian ini mengajukan dua hipotesis penelitian. Hipotesis pertama
menyatakan bahwa antara ex ante uncertainty nilai sebuah emisi saham perdana memiliki hubungan positif dengan expected underpricing saham tersebut. Hipotesis kedua penelitian yaitu Penjamin Pelaksana Emisi, dalam melakukan kegiatan penjaminan emisi saham perdana, apabila memiliki initial return yang tidak sesuai dengan keseimbangan ex ante uncertainty, maka periode selanjutnya akan kehilangan reputasi maupun pangsa pasarnya. Hasil pene1itian dengan menggunakan data Bursa Efek Jakarta (BEJ) ini menunjukkan bahwa expected underpricing sebuah IPO memiliki hubungan positif dengan jumlah dana kotor yang terkumpul (gross proceeds) dan memiliki hubungan negatif dengan jumlah tujuan penggunaan dana. Hasil penelitian menolak hipotesis kedua. Para investor di Indonesia dapat dikatakan belum teredukasi dengan baik mengenai pasar modal secara umum.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes679 | T/DIG - PMM | Tesis | TES-PMM CHR a/05 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain