Text
Memahami wahyu Kristiani melalui pemikiran Martin Heidegger
Tak jarang kemajuan reflektivitas manusia dianggap menjadi
ancaman bagi ortodoksi. Temuan-temuan canggih dalam dunia filsafat tak
jarang mengancam kemapanan ajaran sebuah institusi. Itulah sebabnya,
ada begitu banyak pemikir yang menghadapi makian bahkan hukuman
dari institusi agama. Tak demikianlah yang semestinya terjadi.
Reflektivitas manusia yang meningkat dari waktu ke waktu tak mesti
menjadi ancaman. Ia bisa juga menjadi penerang: membahasakan
rumusan tradisional secara segar dan baru.
Demikian yang terjadi pada pemikiran Martin Heidegger. Lewat
penelusurannya akan makna Sang Ada, ia memberi pencerahan untuk
memahami wahyu kristiani. Gagasan Dei Verbum (DV) mengenai wahyu
sebagai komunikasi pribadi antara Allah yang transenden dengan manusia
di bumi, dengan tekanan pada wahyu sebagai fakta akan terjelaskan secara
lebih mendalam melalui pemikiran Heidegger.
Memahami kebenaran sebagai aletheia, yaitu Sang Ada yang
mewedarkan diri terus-menerus, meretas jalan untuk memahami Allah
yang mewahyukan diri tiada henti. Wahyu terjadi pada tataran ontologis.
Wahyu secara tak terelakkan selalu mengepung manusia. Apakah manusia
lalu berdiam? Tidak. Manusia, sembari membiarkan diri terbuka, mesti
mengusahakan sesuatu agar wahyu bisa ia tangkap sampai sejauh
mungkin. Manusia mesti berani untuk tidak berkanjang dalam banalitas
dangkal keseharian, melainkan masuk ke dalam otentisitasnya guna
menemukan desir-desir wahyu Allah.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes929 | T/DIG - PMIT | Tesis | 230.01 KRI m | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain