Text
Dimensi spiritual dalam medan budaya telaah kritis teologi kultur Paul Tillich
Teologi Kultur (Theology of Culture), disampaikan Paul Tillich (1886-
1965) sebagai kuliah publiknya yang pertama pada tanggal 16 April 1919 di
Berlin, dalam pertemuan The Kant–Gesellschaft dengan judul Űber die Idee
einer Theologie der Kultur (On the Idea of a Theology of Culture). Di sini Paul
Tillich mengemukakan proposalnya tentang suatu interpretasi baru teologi
sebagai Teologi Kultur yang dapat memenuhi tuntutan kultur zaman dan
tetap setia kepada komunitas Gereja pada zamannya. Konsep Teologi Kultur
merupakan pikiran utama Tillich yang mewarnai seluruh permikiran Tillich
dalam berbagai macam aspeknya. Setelah 40 tahun konsep ini diterbitkan
menjadi buku dengan judul ‘Theology of Culture ’.
“Agama adalah substansi kultur, kultur adalah bentuk dari agama”
(Religion is the substance of culture, culture is the form of religion)
merupakan ringkasan dari gambaran relasi agama dan kultur. Kalimat ini juga
bersifat reflektif terhadap inti tugas Teologi Kultur. Paul Tillich
memperlihatkan bahwa di dalam setiap aktivitas kultural manusia terdapat
dimensi religius, dan dimensi ini tidak pernah hilang dari kreasi maupun
fungsi kultural manusia. Dimensi religius bahkan seolah tak terlihat secara
langsung ketika diperhadapkan dengan pengertian agama yang sempit.
Dalam pandangannya, tugas teologi selalu berinteraksi dengan berbagai
ekspresi kultural manusia yang ditemukan dalam teori maupun praktek, tidak
dengan faktor-faktor terbatas dari kondisi sosial ataupun psikologis saja,
namun pada totalitas semua faktor. Dengan demikian teologi seharusnya
berbicara dalam situasi kultur tertentu yang adalah totalitas dari interpretasi
diri manusia yang dasarnya adalah kreatif.
Tujuan utama Teologi Kultur Tillich adalah membentuk suatu
penghubung yang dapat diterima dan otentik antara iman Kristiani dan
wahyu di satu pihak dengan kultur modern di lain pihak. Dapat dikatakan
sebagai usaha untuk ber-apologet kepada kaum intelektual dengan suatu
sistem teologi yang segar. Untuk itu Tillich mengembangkan suatu metode
yang disebutnya sebagai “metode korelasi”, yang terwujud dalam Teologi
Kulturnya sebagai teologi mediasi, di mana isi wahyu Kristiani dipresentasikan
sebagai respons untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang
timbul dari eksistensi modern.
Di tengah kontroversi teologi Paul Tillich, secara umum diakui dalam
dunia teologi bahwa metode korelasi nya merupakan suatu terobosan kreatif
dalam metode berteologi. Ia telah memberikan satu alternatif konsiderasi
berteologi yang ‘bersahabat’ dalam konteks Kristiani. Dalam hal ini berarti
mengusahakan proses evangelisasi yang berintikan kebenaran warta Kristiani
namun dengan cara yang relevan dengan kultur dan zaman orang yang
dilayani. Usaha Paul Tillich untuk menterjemahkan iman Kristiani dalam suatu
interpretasi teologis tentang realita yang berkaitan dengan semua bentuk
ekspresi kultural tetap merupakan suatu inspirasi dan tantangan untuk teolog
kontemporer.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1021 | T/DIG - PMIT | Tesis | 230.044 ANG d | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain