Text
Spiritualitas New Age : sebuah tinjauan teologis
New Age merupakan fenomena kebangkitan kehidupan spiritual yang
menyokong bangkitnya budaya baru yang berlandaskan pada transformasi
kesadaran manusia. Berawal dari penilaian bahwa kebangkitan peradaban Barat
kosong dari nilai-nilai spiritual dan lepas dari tuntunan ajaran-ajaran
keagamaan Kristen, yang menjadi agama resmi saat itu, New Age berpaling
dari agama-agama Barat dan kemudian mengarah kepada agama-agama Timur.
New Age mencampuradukkan pemikiran-pemikiran esoteris agama-agama
formal; menekankan keanekaragaman konsep spiritualitas dengan menggali
kembali dimensi-dimensi emosional, mistis, magis, dan supranatural, serta
mengembangkan ‘agama-agama non-institusional’.
Kehadiran New Age adalah tantangan sekaligus kesempatan bagi
agama-agama besar seperti Katolik. Agama-agama dituntut melahirkan ajaran-
ajaran yang lebih menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, tidak bersifat artifisial,
bombastis dan verbalisme, yang sebenarnya hanya ‘di langit’ saja. Di pihak lain,
ajaran agama tidak bisa hanya mewajibkan para penganutnya untuk secara
formal menjalankan ritus-ritus yang diwajibkan. Sebab, pada dasarnya ajaran
agama itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran kemanusiaan kita.
Dalam menghadapi fenomena kebangkitan spiritualitas New Age yang
memikat, mistik Kristiani adalah salah satu jawaban yang ditawarkan bagi
orang-orang Kristiani. Jalan mistik adalah langkah kembali ke kesatuan, yakni
persatuan dengan Allah, manusia, alam semesta, dan diri kita sendiri. Orang
yang mencari pengalaman rohani sejati, tidak puas hanya dengan hiburan
rohani atau rasa fly-high akibat penghangatan rasa-perasaan subyektif karena
rangsangan-rangsangan sentimental apalagi bantuan obat-obatan kimia.
Mistik bukan hal yang luar-biasa, melainkan kesanggupan orang
beriman untuk menyadari dan mengimani apa yang dibalik dan di dalam
pengalaman-pengalaman manusiawinya. Bagi orang beriman, pengalaman
seperti ini diperkuat dan diperjelas dengan memanfaatkan wahyu ilahi dalam
Alkitab dan gerakan rahmat di dalam hatinya. Pengalaman rohani orang
beriman pada intinya tak mungkin diusahakan oleh kita sendiri dan bukan pula
pengalaman tentang diri kita sendiri. Di sini, iman sangat penting untuk
menyadari dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman dengan tepat.
Maka, pengalaman mistik memerlukan sumber otentik dan terbukti dalam
sejarah spritualitas yang sejati. Sumber-sumber itu diantaranya: Alkitab, ibadat,
kesadaran akan imamat umum semua orang beriman, doa serta meditasi
pribadi terutama pengalaman kasih akan sesama.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1053 | T/DIG - PMIT | Tesis | 299.93 SUJ s | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain