Computer File
Dampak perbedaan persepsi Korea Selatan dan AS terhadap Korea Utara bagi aliansi Korea Selatan dan AS di Semenanjung Korea
Setelah Perang Korea berakhir, Korea Selatan dan AS sepakat menandatangani
pakta perlindungan keamanan bilateral (Mutual Defense Treaty) pada tahun 1953. Sejak
ditandatanganinya pakta tersebut, Korea Selatan dan AS mulai beraliansi di Semenanjung
Korea. Aliansi ini dibentuk dalam rangka mencegah kembali serangan Korea Utara
terhadap Korea Selatan. Selain itu juga karena Korea Selatan dan AS memiliki persamaan
persepsi bahwa Korea Utara adalah ancaman terkait dengan serangan Korea Utara
terhadap Korea Selatan yang mengakibatkan Perang Korea dan program nuklir dan misil
balistik yang dikembangkan Korea Utara setelah Perang Korea berakhir.
Walaupun Korea Selatan dan AS sama-sama memandang Korea Utara adalah
ancaman terkait dengan program nuklir dan misil balistiknya, Korea Selatan dan AS
berupaya melakukan pendekatan agar Korea Utara mau menghentikan program nuklir
dan misil balistiknya. Namun di tengah berjalannya aliansi Korea Selatan dan AS,
ternyata terjadi perbedaan persepsi terhadap Korea Utara. AS tetap memandang Korea
Utara sebagai ancaman, sementara Korea Selatan tidak lagi memandang Korea Utara
sebagai ancaman tetapi sebagai saudara dan bahkan berupaya melakukan unifikasi.
Perbedaan persepsi ini terjadi ketika AS berada di bawah pemerintahan George W. Bush
dan Korea Selatan berada di bawah pemerintahan Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun.
Perbedaan persepsi ini tentunya menimbulkan dampak terhadap aliansi yang dijalankan
oleh Korea Selatan dan AS di Semenanjung Korea.
Pertanyaan riset dalam penelitian tesis ini adalah: “Bagaimana dampak dari
perbedaan persepsi Korea Selatan dan AS terhadap Korea Utara bagi aliansi Korea
Selatan dan AS di Semenanjung Korea?”. Untuk menjawab pertanyaan riset tersebut,
maka teori-teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kerjasama internasional,
kepentingan nasional, ancaman keamanan negara, persepsi terhadap ancaman, aliansi,
deterrence, dan dampak. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data yang bersifat sekunder karena
diperoleh melalui studi literatur, jurnal, koran, dan situs resmi internet.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan persepsi Korea Selatan dan
AS terhadap Korea Utara membawa dampak bagi aliansi Korea Selatan dan AS di
Semenanjung Korea di bidang politik, militer, dan ekonomi. Di bidang politik, perbedaan
persepsi ini membawa dampak kepada perbedaan pengambilan kebijakan Korea Selatan
dan AS dalam menghadapi Korea Utara. Bahkan Korea Selatan berani mengambil
langkah sendiri mengadakan pertemuan antar Korea tanpa berkonsultasi terlebih dahulu
dengan AS. Roh Moo Hyun juga sempat berkeinginan untuk membuat kebijakan luar
negeri yang lebih mandiri karena tidak ingin tergantung kepada AS. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Korea Selatan sudah tidak lagi melihat AS sebagai negara federator
(negara pemimpin) di dalam aliansi. Di bidang militer, perbedaan persepsi menimbulkan
ketidaksepakatan Korea Selatan terhadap kebijakan militer AS. Selain itu, mulai tahun
2004 terjadi perubahan peran AS di dalam aliansi dari pemimpin menjadi pendukung dan
berlanjut pada pengurangan jumlah pasukan AS yang ditugaskan di Korea Selatan.
Sementara itu, di bidang ekonomi, perbedaan persepsi ini mengakibatkan volume
perdagangan di antara Korea Selatan dan AS mengalami penurunan dan menggeser posisi
AS sebagai mitra dagang terbesar pertama menjadi mitra dagang terbesar kedua. Hal ini
disebabkan sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini, Cina menjadi mitra dagang terbesar
pertama untuk Korea Selatan setelah Cina menjadi mediator dalam membantu
menyelesaikan masalah program nuklir Korea Utara.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1082 | T/DIG - PMIS | Tesis | 327.195 19 SID d | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain