Text
Idealitas perkawinan Katolik dan permasalahan konkret yang terjadi dalam kehidupan umat Katolik di Kota Bandung tinjauan teologi moral, hukum, dan pastoral
Idealitas perkawinan Katolik tercermin dalam ciri hakiki
perkawinan Katolik yaitu unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat
tak-dapat-diputuskan). Oleh karena itu, mereka yang menikah secara
Katolik harus memahami hal tersebut dan berusaha mewujudkannya
dalam hidup perkawinan mereka. Kiranya untuk mewujudkan dan
mempertahankan ciri hakiki tersebut bukanlah hal yang mudah jika
kita melihat tantangan dan godaan hidup perkawinan saat ini.
Tesis ini mencoba mengangkat realitas seputar perkawinan
umat Katolik di Kota Bandung. Adapun fokus penelitian tesis ini
adalah melihat lebih jauh fenomena yang terjadi pada pasutri yang
menikah secara Katolik dan pada kenyataannya mengalami masalah
dengan status perkawinan mereka. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sampai periode akhir Juli 2011 tercatat ada pasutri yang
menikah secara Katolik dan telah melakukan perceraian sipil yaitu
sebanyak 119 pasang. Sedangkan mereka yang hidup dengan status
perkawinan yang tidak jelas karena ditinggal pergi pasangannya
begitu saja tercatat ada 256 pasang. Jadi dari sudut pandang hukum
Gereja tercatat ada 375 pasutri yang status perkawinan Gerejanya
bermasalah (hidup berpisah namun masih dalam ikatan perkawinan
yang sah) dari 18.694 pasutri yang berdomisili di Kota Bandung.
Salah satu faktor pemicu meningkatnya angka pasutri yang
perkawinannya bermasalah adalah semakin meningkatnya
perkawinan campur. Perbedaan prinsip dasar iman mereka seputar
paham perkawinan mempengaruhi dinamika perjalanan hidup
perkawinan mereka. Perbedaan prinsip dasar tersebut memicu
pertengkaran dan seringkali berakhir pada perceraian.
Berdasarkan realitas tersebut, sudah saatnya Gereja lebih
meningkatkan pastoral yang lebih terencana dan berkesinambungan
untuk pasutri yang menikah secara Katolik agar semakin memahami
hakikat dan tujuan perkawinan. Khusus pasutri Katolik yang sedang
bermasalah, diharapkan Gereja mampu menyadarkan dan membantu
mereka dalam menyelesaikan permasalahannya. Selain itu, para
pelayan pastoral harus ditingkatkan kemampuan mereka untuk
menangani masalah perkawinan yang semakin kompleks.
Memang benar bahwa manusia selalu hidup dalam ketegangan
antara idealitas dan realitas. Namun perlu disadari bahwa
pemaknaan hidup yang berhenti pada realitas faktual belaka tidaklah
memiliki makna hidup yang mendalam dan seringkali jatuh kedalam
sikap pesimistis karena realitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan. Dengan demikian, pasutri yang telah menikah secara
Katolik harus terus berjuang untuk menghidupi perkawinan Katolik
secara konsisten dan konsekuen.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
tes1222 | T/DIG - PMIT | Tesis | 262.933 HEN i | Perp Filsafat | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain