Computer File
Peranan profit planning and control terhadap pencapaian tujuan PT. Iwaki Glass Indonesia
PT. lwaki Glass Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi
alat-alat laboratorium yang terbuat dari Pyrex (kaca tahan panas dan tahan cairan
kimia), dan mulai beroperasi sejak pertengahan tahun 1992.
Sebagai perusahaan yang baru beroperasi, sampai tahun ini (1995) perusahaan masih belum membudgetkan untuk memperoleh keuntungan. Baru
pada tahun 1997, PT. lwaki Glass Indonesia memperkirakan dapat mencapai titik
impas (break even point).
Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu surplus, maka PT. lwaki
Glass Indonesia melakukan perencanaan dan pengawasan terhadap laba
perusahaan, dengan menggunakan profit planning and control.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui pembuatan master budget
pada PT. lwaki Glass Indonesia tidak menggunakan participative method.
Pembuatan budget dilakukan oleh factory manager dan financial manager. Dari
master budget yang telah dibuat untuk tahun 1994, terdapat penyimpangan yang favorable terhadap operating income dan net income, tetapi juga terdapat
penyimpangan yangunfavorable terhadap tingkat penjualan.Dalam membuat budgeted variable manufacturing cost untuk tiap produk,
manajer keuangan membudgetkan variable manufacturing cost akan menurun dari
waktu ke waktu, hal ini didasarkan pada asumsi bertambahnya keahlian pekerja
dalam memproduksi barang yang dihasilkan sejalan dengan bertambahnya unit yang
dibuat. Pada kenyataannya variable manufacturing cost untuk produk kategori
volumetric malah mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini disebabkan
karena peningkatan volume produksi,membutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja,
sehingga perusahaan harus merekrut pekerja baru. Skill yang rendah dari pekerja-pekerja
baru yang belum berpengalaman dalam membuat produk ini, menyebabkan
banyaknya produk spoilage, akibatnya terjadi peningkatan actual variable
manufacturing cost. Hal ini memperlihatkan kuangnya koordinasi antara factory
manager dan manajer keuangan.
Pada skripsi ini penulis melakukan analisa dengan membuat flexible budget
Hal ini disebabkan karena analisa static budget mempunyai kekurangan yaitu :
membandingkan biaya-biaya pada tingkat penjualan yang berbeda. Secara logis
dengan turunnya tingkat penjualan akan menyebabkan turunnya tingkat produksi,
turunnya kuantitas barang yang diproduksi menyebabkan turunnya total variable
cost, sehingga akan memperlihatkan varians yang favorable, tetapi apakah varians yang terjadi benar-benar favorable ? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dibuat
flexible budget.
Penelitian dengan menggunakan flexible budget menunjukkan bila
seandainya perusahaan membudgetkan tingkat penjualannya sama dengan tingkat
penjualan actual (Rp.756.320.000,-) maka terlihat perusahaan menjalankan
operasinya dengan efisien, karena flexible budget varians yang terjadi pada
operating income adalah favorable varians (sebesar Rp.176.982.302), sedangkan
sales volume varians (Rp. 111.980.034 Favorable) memperlihatkan penyimpangan
yang terjadi akibat perbedaan tingkat penjualan yang dibudgetkan pada static budget
dan pada flexible budget yaitu varians pada operating income yang disebabkan
karena menurunnya tingkat penjualan.
Dari semua varians yang terjadi dapat disimpulkan secara umum perusahaan
telah melakukan operasinya melebihi target yang telah ditetapkan, hal ini banyak
disebabkan oleh pencapaian efisiensi variable cost, tingkat efisiensi ini dapat dicapai
terutama disebabkan oleh tercapainya efisiensi produksi produk test tube yang
merupakan produk utama dari PT. lwaki Glass Indonesia. Jadi walaupun kategori
produk lainnya (volumetric dan other product) tidak dapat mencapai efisiensi
produksi yang ditargetkan, efek total yang terjadi (efisiensi biaya test-tube ditambah efisiensi biaya volumetric dan other product) tetap memberikan total efek yang
positif (menimbulkan favorable varians).
Walaupun perusahaan tidak mencapai penjualan yang ditargetkan, tetapi
perusahaan mampu melakukan pengurangan biaya-biaya yang timbul terutama
biaya variablenya, sehingga dapat mengurangi kerugian sebesar 41,07% dari
kerugian yang diperkirakan..
Meskipun pencapaian budgeted net profit / loss perusahaan tercapai,
perusahaan harus terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan biaya
manufakturnya untuk setiap jenis produk terutama jenis produk volumetric, karena
pada kenyataannya biaya manufaktur produk volumetric dari periode ke
periode makin menurun, dan hal ini sangat mempengaruhi operating income, yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada net income.
Jadi meskipun pada tahun 1994 PT. lwaki Glass Indonesia tidak dapat
mencapai target penjualannya, PT. lwaki Glass Indonesia dapat menghemat biaya-biaya
yang dikeluarkannya sehingga pada tahun 1994 PT. lwaki Glass Indonesia
mencapai profit objectivenya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2292 | DIG - FE | Skripsi | MANAJ HAR p/95 | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain