Computer File
Penerapan metode proses hirarki analitis dalam pengukuran kinerja guna penentuan prioritas pengembangan pada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Adanya peningkatan pengetahuan, teknologi, dan tingkat sosial ekonomi
masyarakat dewasa ini, telah menyebabkan tuntutan m.asyarakat akan produk dan jasa
pelayanan yang lebih baik, termasuk jasa pelayanan rumah sakit dan unit-unit
pelayanan kesehatan yang lain, juga meningkat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi
tuntutan masyarakat, mutu pelayanan medis harus selalu dipertimbangkan, ditinjau,
ditaksir dan dinilai.
Salah satu metode yang cukup efektif untuk mengukur kinerja suatu organisasi
adalah metode Proses Hirarki Analisis yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
Metode ini memiliki keunggulan karena dapat digunakan pada suatu keadaan dimana
data atau informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat minim atau bahkan tidak
ada sama sekali. Selain itu dengan digunakannya tes konsistensi rasio, metode ini juga
dapat mengatasi kemungkinan munculnya ketidak-konsistenan pada saat penilaian.
Penelitian kali ini dilakukan pada Instalasi Gawat Darurat RSCM. Alasan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena sebagai suatu instalasi yang harus selalu
siap menerima pasien gawat darurat selama 24 jam per hari, dan juga sebagai pusat
rujukan utama yang menerima pasien-pasien yang tidak dapat ditangani oleh rumah
sakit lainnya, Instalasi Gawat Darurat perlu memiliki nilai kinerja yang baik.
Tahapan-tahapan penting dari pengukuran kinerja Instalasi Gawat Darurat RSCM
adalah pengidentifikasian tujuan, pembentukan hirarki sistem, penetapan kriteria penilaian, serta penetapan bobot dan nilai kinerja yang dilakukan melalui kuesioner baik
kepada pengunjung maupun pengelola Instalasi Gawat Darurat.
Berdasarkan hasil pengukuran, maka didapatkan nilai kinerja untuk Instalasi
Gawat Darurat sebesar 6,07636. Ini berarti bahwa secara keseluruhan kinerja Instalasi
Gawat Darurat RSCM sudah baik. Walaupun demikian masih terdapat bagian-bagian
tertentu yang memiliki nilai kinerja rendah. Diantaranya adalah elemen operasi
transportasi yang memiliki nilai kinerja sama dengan nol. Hal ini disebabkan karena
pihak rumah sakit tidak memihki ambulance sendiri sehingga tidak dapat dilakukan
penilaian.
Karena tujuan penelitian ini adalah penetapan prioritas pengembangan, maka
berdasarkan nilai dan bobot kriteria yang telah didapat, disusunlah daftar prioritas
pengembangan yang terdiri atas 3 tahap. Untuk tahap pertama, prioritas pengembangan
diberikan pada 7 buah kriteria, tahap kedua untuk 43 buah kriteria, dan tahap ketiga
untuk 6 buah kriteria.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2324 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain