Computer File
Evaluasi penerapan sistem manajemen mutu ISO 9002 untuk mengembangkan sistem manajemen mutu pada PT Pindad (Persero)
Dalam era globalisasi saat ini, ditambah dengan akan dibukanya pasar bebas dunia, maka persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Karena itu perusahaan-perusahaan, baik domestik maupun internasional, harus mampu menghasilkan produk yang bermutu tinggi agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
PT PINDAD (PERSERO) sebagai salah satu BUMN Industri Strategis di bidang perindustrian logam di Indonesia merupakan perusahaan yang berskala Internasional. Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi era perdagangan bebas, PT PINDAD (PERSERO) pada Divisi Tempa dan Cor telah menerapkan Sistem Mutu berdasarkan Standar Mutu ISO 9002 yang merupakan standar mutu yang telah diakui oleh dunia sebagai model jaminan kualitas dalam produksi dan instalasi. Hal ini dilakukan agar PT PINDAD (PERSERO) memiliki Sistem Manajemen Mutu yang terarah. Selain itu diharapkan dengan dimilikinya Sertifikat ISO 9002, perusahaan dapat bersaing dalam skala internasional, karena seringkali perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika meminta pemasoknya agar mempunyai suatu standar kualitas yang diakui oleh internasional.
Setelah memperoleh Sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994, perusahaan mengalami beberapa masalah sehubungan dengan penerapan Sistem Mutu menurut Standar IS0 9002 tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian di perusahaan untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Mutu itu sendiri, masalah-masalah apa yang timbul dalam penerapannya, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan masalah itu terjadi serta bagaimana cara penanggulangannya.
Pihak Manajemen PT PINDAD (PERSERO) telah menetapkan kebijakan umum perusahaan adalah untuk menghasilkan produk dengan mutu yang tinggi, biaya yang optimum, dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan pelanggan, atau dikenal dengan istilah QCD (Quality, Cost, Delivery). Sedangkan Sasaran Mutu yang ditetapkan yaitu : meningkatkan efisiensi, mengurangi kegagalan, dan mengurangi keluhan pelanggan.
Dalam menerapkan Standar Mutu ISO 9002, Sistem Manajemen Mutu didokumentasikan dalam 4 level, yaitu : Quality Manual, yang menggambarkan kebijakan mutu, sistem mutu, dan struktur organisasi disertai uraian tugasnya ; Procedures, yang menggambarkan bagaimana kebijakan yang telah dituangkan dalam Quality Manual dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana cara melakukan suatu kegiatan pada unit terkait ; Work Instructions, yang merupakan pedoman tentang apa, siapa, bilamana dan dimana suatu kegiatan dilakukan untuk menjamin mutu ; Forms and Records, yang berfungsi untuk menunjang prosedur dan instruksi kerja.
Setelah menerapkan Sistem Mutu dengan mengacu pada Standar Mutu ISO 9002, banyak manfaat yang dtperoleh, antara lain : Manajemen Mutu yang lebih terarah, material yang diterima dari pemasok sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, dan juga lebih mampu bersaing dalam menghadapi perdagangan bebas.
Selain itu ada beberapa masalah yang timbul sehubungan dengan penerapan Standar Mutu ISO 9002 ini. Masalah yang pertama berhubungan dengan pembelian material dari pemasok, hal ini membutuhkan biaya ekstra karena perusahaan harus memeriksa Sistem Mutu dan kinerja pemasok untuk memilih pemasok yang memenuhi kualifikasi. Untuk hal ini, disarankan untuk tetap memilih pemasok yang sama dalam jangka panjang agar tidak lagi membutuhkan biaya yang cukup besar untuk memilih pemasok yang berkualifikasi lainnya.
Masalah yang kedua adalah sehubungan dengan kesulitan karyawan dalam melakukan dokumentasi dan keharusan untuk melakukan pekerjaan dengan mengikuti instruksi kerja yang tertulis. Untuk hal ini disarankan agar karyawan diberi training dan pengarahan yang menekankan pada pentingnya dokumentasi untuk kepentingan telusur produk jika ada kerusakan di masa yang akan datang.
Masalah yang ketiga adalah sehubungan dengan kegagalan produk yang disebabkan oleh human error dikarenakan karyawan merasa jenuh terhadap pekerjaannya. Untuk hal ini disarankan untuk mengadakan rotasi karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dalam bagian yang sama, dan menyesuaikan Instruksi Kerja sesuai dengan kemampuan karyawan umumnya.
Masalah yang keempat adalah mengenai tindakan korektif dan pencegahan, karena walaupun suatu kesalahan sudah dikoreksi dan dilakukan tindakan pencegahan, seringkali kesalahan yang sama terulang kembali. Untuk mencegah hal tersebut, disarankan untuk mengidentifikasi pada proses mana kesalahan itu terjadi, apa jenis kesalahan yang terjadi berulang-ulang, cari faktor penyebabnya (apakah karena faktor manusia atau karena proses produksi itu sendiri), lalu cari cara penanggulangannya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2516 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain