Z tabel (1,64) sehingga HO ditolak. Artinya adanya hubungan kuat yang positif antara citra merek inti HRC sebagai variabel X1, upaya brand positioning HRFM sebagai variabel X2 serta dengan pembentukan sikap target audience pada HRFM sebagai variabel Y. Seiain itu dengan membandingkan antara koefisien korelasi dari variabel X2 dan Y (TX2Y) yaitu sebesar 0,49498136 dengan koefisien korelasi dari X2 dan y, dimana X1 dianggap konstan (TX0Y,X1) yaitu sebesar 0,38756355, dapat disimpulkan bahwa Citra merek inti HRC (X1) merupakan variabel yang cukup berpengaruh dalam hubungan antara upaya brand positioning HRFM (X2) dan pembentukan sikap target audience pada HRFM (Y). Sedangkan dari hasil analisa secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa HRFM cukup berhasil dalam membentuk sikap dari target audience kepada HRFM sampai dengan tahap afeksi, namun belum berhasil untuk mempengaruhi lebih jauh terhadap kecenderungan perilaku mereka yang positif (tahap konatif) pada HRFM. Karena itu penulis menyarankan agar pihak HRFM meningkatkan aktivitas komunikasi pemasarannya secara lebih gencar agar dapat lebih efektif dalam menjangkau target audience-nya secara optimal. Selain itu juga perusahaan dapat berupaya untuk melakukan aktivitas community bonding untuk memperoleh loyalitas dari pendengarnya. " />
Computer File
Analisa hubungan citra merek inti "Hard Rock" Cafe dengan upaya brand positioning Hard Rock FM serta pengaruh langsung keduanya terhadap pembentukan sikap target audience pada Hard Rock FM
Dalam modern marketing, fokus perhatian para pemasar tidak lagi sekedar pada produk tapi lebih kepada merek. Dimana merek yang mapan didukung oleh citra yang kuat dan tingkat pengenalan yang tinggi merupakan aset perusahaan yang bernilai jual tinggi, karenanya harus selalu dibangun, dipelihara dan dilindungi. Salah satu cara untuk memanfaatkan kekuatan merek sebagai inti pertumbuhan strategis perusahaan adalah dengan melakukan perluasan merek (brand extension). Keberhasilan suatu perluasan merek akan sangat dipengaruhi oleh citra dari merek intinya. Dalam hal ini persepsi konsumen terhadap merek tersebut memegang peranan penting karena persepsi inilah yang akan membentuk citra merek (brand image).
Meskipun banyak keuntungan yang ditawarkan, namun strategi merek ini juga sangat beresiko, karena jika perluasan tersebut gagal akan membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Ini menjadi tugas yang berat bagi pemasar produk perluasan, karena mereka tidak hanya bertanggung jawab terhadap keberhasilan dari produknya, tetapi juga berkewajiban untuk menjaga citra merek intinya. Karenanya periu upaya keras dari perusahaan untuk memperkuat keberadaannya sendiri di antara para pesaingnya maupun di mata konsumennya. Disinilah diperlukan adanya strategi positioning yang tepat, salah satunya melalui brand positioning. Upaya positioning merek yang dilakukan dikatakan berhasil jika perusahaan dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap mereknya sesuai dengan yang diinginkan serta terbentuknya sikap yang positif terhadap merek tersebut. Citra merek inti yang kuat tentunya akan sangat mendukung keberhasilan positioning merek dimana keduanya akan memiliki pengaruh langsung terhadap proses pembentukan sikap para konsumen terhadap produk atau merek perusahaan.
Saat ini semakin banyak pemasar yang melirik segmen muda sekarang atau yang disebut Generation X terutama kalangan menengah ke atas, sebagai pangsa pasar yang potensial, bukan hanya karena ukurannya, namun juga karena kelompok ini memiliki gaya hidup serta perilaku yang unik, termasuk dalam perilaku konsumsinya, yang didukung dengan daya beli yang tinggi serta besarnya faktor emosional, seperti gengsi atau prestise, dalam keputusan pembeliannya. Bisnis hiburan merupakan bisnis yang paling potensial untuk mencapai segmen ini. Bisnis hiburan yang belakangan ini mengalami perkembangan pesat di Jakarta adalah kafe dan radio siaran komersil.
Salah satu perilaku segmen muda yang paling menonjol adalah mereka merupakan orang-orang yang sangat sadar merek [brand-conscious]. "HARD ROCK" Cafe (HRC) merupakan salah satu merek populer di kalangan muda dan juga merupakan pelopor bagi perkembangan bisnis kafe di Jakarta. Dengan kesuksesannya di mancanegara. HRC mulai melakukan perluasan bisnis dengan memanfaatkan nama besarnya. Dengan adanya peluang potensial dalam perkembangan radio siaran di Jakarta, maka kemudian didirikan HARD ROCK FM (HRFM) Jakarta, dengan memposisikan mereknya sebagai "Lifestyle & Entertainment Station".
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana citra dari merek HRC sebagai merek inti, bagaimana tanggapan atau persepsi responden sebagai target audience, terhadap brand positioning HRFM, apakah citra merek inti HRC tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan positioning merek HRFM sendiri serta sampai sejauh mana kedua hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan sikap responden pada HRFM.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan kuesioner sebagai alat bantu utama. Dimana hasil peneiitian yang diperoleh akan dianalisa baik secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan alat buntu statistik, maupun secara kualitatif. Adapun uji statistik yang dipakai adaiah koefisien korelasi Partial T Kendall. Uji signifikansi memberikan hasil dimana Z hitung (5,252707821) > Z tabel (1,64) sehingga HO ditolak. Artinya adanya hubungan kuat yang positif antara citra merek inti HRC sebagai variabel X1, upaya brand positioning HRFM sebagai variabel X2 serta dengan pembentukan sikap target audience pada HRFM sebagai variabel Y. Seiain itu dengan membandingkan antara koefisien korelasi dari variabel X2 dan Y (TX2Y) yaitu sebesar 0,49498136 dengan koefisien korelasi dari X2 dan y, dimana X1 dianggap konstan (TX0Y,X1) yaitu sebesar 0,38756355, dapat disimpulkan bahwa Citra merek inti HRC (X1) merupakan variabel yang cukup berpengaruh dalam hubungan antara upaya brand positioning HRFM (X2) dan pembentukan sikap target audience pada HRFM (Y).
Sedangkan dari hasil analisa secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa HRFM cukup berhasil dalam membentuk sikap dari target audience kepada HRFM sampai dengan tahap afeksi, namun belum berhasil untuk mempengaruhi lebih jauh terhadap kecenderungan perilaku mereka yang positif (tahap konatif) pada HRFM. Karena itu penulis menyarankan agar pihak HRFM meningkatkan aktivitas komunikasi pemasarannya secara lebih gencar agar dapat lebih efektif dalam menjangkau target audience-nya secara optimal. Selain itu juga perusahaan dapat berupaya untuk melakukan aktivitas community bonding untuk memperoleh loyalitas dari pendengarnya.
Barcode | Tipe Koleksi | Nomor Panggil | Lokasi | Status | |
---|---|---|---|---|---|
skp2548 | DIG - FE | Skripsi | Perpustakaan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain